Jumat 04 Oct 2019 07:42 WIB

Perasaan Kami Hancur Tinggalkan Wamena

TNI AU mengerahkan tujuh pesawat untuk tugas kemanusiaan di Wamena.

Pengungsi korban konflik di Wamena menangis setibanya di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (3/10/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Pengungsi korban konflik di Wamena menangis setibanya di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (3/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Ronggo Astungkoro

Seorang perempuan berjalan ke luar dari ruang kedatangan SUMA III Base Ops Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Kamis (3/10), jelang malam. Ia berjalan keluar dengan menggendong seorang anak menuju kakaknya yang sudah menunggu sejak sore.

Keduanya berpelukan. Air mata keduanya kompak bercucuran. Sang perempuan mengusap air matanya dengan kain kerudung yang ia kenakan. Demikian pula dengan sang kakak. Keduanya menangis setelah mendapatkan jawaban atas kekhawatiran akan keselamatan belakangan ini.

"Alhamdulillah, saya yang penting adik saya selamat semua. Karena di sana banyak banget keluarga kami. Alhamdulillah selamat, yang penting nyawanya selamat. Kalau masalah harta bisa dicari," ujar Dirna Yunita (42), sang kakak, kepada Republika.

Ita, begitu panggilannya, memiliki banyak saudara yang tinggal di Wamena sejak 2009. Setidaknya, ada 19 orang keluarganya yang bekerja dan memiliki usaha di sana. Ita mengatakan, sanak saudaranya itu memiliki tujuh kios di Wamena "Tujuh kios adik saya terbakar semua. Enggak ada lagi, ludes," tutur wanita yang kini tinggal di Tangerang itu.

Siska (39), adik Ita yang tadi berpelukan, amat bersyukur bisa sampai ke Jakarta dan bertemu dengan sang kakak sebelum melanjutkan perjalanan ke Sumatra Barat. Terlebih, perjuangannya untuk mencapai Jakarta tidaklah mudah. "Naik pesawat Hercules 10 kali transit. Mana saya lagi demam. Makanya perjuangannya tidak mudah," kata Siska dengan suara pelan.

Siska bersama 18 sanak keluarganya memutuskan meninggalkan Wamena. Mereka terbagi menjadi dua rombongan. Sebanyak 13 orang menggunakan pesawat hercules. Sisanya yang merupakan laki-laki menggunakan kapal laut. "Perasaannya (meninggalkan Wamena) hancur sekali. Karena kita-kita yang tidak berdosa menjadi korban," kata wanita yang berkampung halaman di Pesisir Selatan Sumatera Barat itu.

Menurut dia, kios-kios yang keluarganya miliki dibakar habis oleh bukan penduduk asli Wamena. Ia mengatakan, pihak yang melakukan perusakan itu merupakan orang-orang yang turun dari gunung, bukan orang-orang yang biasa ia temui sehari-hari. "Yang kita temui hari-hari itu yang menyelamatkan kita, yang bawa kita ke gereja," tutur Siska.

 

photo
Suasana pertokoan yang dirusak massa saat aksi unjuk rasa yang berujung anarkis di Wamena, Kamis (3/10/2019).

Hal senada diungkapkan adiknya, Dani (32). Dani menjelaskan, selama 10 tahun tinggal di Wamena, semuanya baik-baik saja. Usahanya pun lancar. Tapi, semua berubah ketika kerusuhan terjadi. Ada yang melakukan pembakaran terhadap kios keluarganya. Tapi, ada pula yang membantu menyelamatkan mereka. "Kalau yang kenal dengan kami tidak (tidak melakukan kerusuhan). Justru kami dibantu untuk mengungsi."

Sama seperti Siska, Dani sempat menangis ketika bertemu dengan Ita dan keluarganya yang lain yang ada di Jakara. Saat ini, Dani mengaku tidak begitu memikirkan harta yang sudah hilang di Wamena. Kendati begitu, ia mengaku ingin kembali ke Wamena apabila situasi dan kondisi sudah pulih seperti semula.

"Sekarang nunggu kondisi di sana aman. Habis itu kami mengharapkan juga bantuan-bantuan dari pagubuyuban-paguyuban kami. Dari pemerintah juga," jelasnya.

Wakil Ketua Ikatan Keluarga Minang (IKM) Arteria Dahlan mengatakan, pihaknya akan memastikan warga Minang yang pulang dari Wamena itu mendapatkan perlindungan dan jaminan sosial. Menurutnya, IKM sudah mendata penduduk Minang yang ada di Papua.

"Sudah kita data maupun yang kembali saat ini sudah kita fasilitasi semua. Bahkan kalau mereka ini ingin kembali lagi, bisa kembali lagi ke Wamena nantinya," jelas dia.

Ia menuturkan, orang Minang akan malu jika harus kembali dari perantauannya. Karena itu, beberapa warga Minang yang pulang kemungkinan besar ingin kembali ke Wamena.

Politikus PDIP itu mengatakan, IKM bekerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk menjamin perlindungan dan jaminan sosial bagi warga Minang yang kembali dari Wamena itu. Selain dengan Kementerian Sosial dan BNPB, mereka berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan di Papua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement