Rabu 02 Oct 2019 19:00 WIB

120 Penyintas Kerusuhan Wamena Tiba di Malang

Warga akan melakukan berbagai proses agar dapat diantarkan ke daerah masing-masing.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andi Nur Aminah
Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa menyambut kedatangan penyintas kerusuhan Wamena di Lanud Abd Saleh, Malang, Rabu (2/10).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa menyambut kedatangan penyintas kerusuhan Wamena di Lanud Abd Saleh, Malang, Rabu (2/10).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sekitar 120 penyintas kerusuhan Wamena tiba di Lanud Abd Saleh, Malang, Rabu (2/10). Kedatangan ratusan warga ini disambut langsung oleh Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa dan beberapa pejabat lainnya.

"Sekarang kalau yang tercatat 115 dewasa dan lima anak tetapi ada juga warga Solo. Ini sama seperti tiga hari lalu ada 53 warga Jatim landing di Semarang, jadi kira-kira begitu," kata Khofifah kepada wartawan di Lanud Abd Saleh, Malang, Rabu (2/10).

Baca Juga

Setelah mendarat di Lanud Abd Saleh, para penyintas akan diajak ke Kantor Bakorwil Malang. Warga akan melakukan berbagai proses agar dapat diantarkan ke daerah masing-masing. Sebab, mayoritas penyintas kali ini lebih banyak berasal dari Probolinggo, Sampang, Lumajang, Jember, Pasuruan, Solo dan sebagainya.

"Kepulangan mereka mungkin ada yang rumahnya Probolinggo terus ingin singgah di keluarga Malang. Kemarin beberapa bilang begitu, ingin singgah di keluarga Mojokerto. Kita tetap akan mengantarkan mereka di titik di mana mereka akan berkumpul bersama keluarga mereka," jelasnya.

Setelah itu, Khofifah juga akan menyampaikan informasi kedatangan para penyintas pada setiap Dinas Sosial (Dinsos) di kabupaten/kota. Sementara penyintas dari Solo, kata Khofifah, serah terima administrasi akan diberikan pada Dinsos Jawa Tengah (Jateng). Upaya ini dilakukan agar data para penyintas benar-benar teradministrasi sebaik mungkin di setiap lembaga pemerintahan.

Hingga kini, Khofifah mengatakan, pihaknya masih membuka posko penyelamatan para pengungsi di Jayapura. Namun upaya ini harus melalui proses evakuasi terlebih dahulu dari Wamena ke Sentani, Jayapura. Hal ini berarti harus menunggu kapasitas dari layanan yang tersedia.

 

Khofifah juga menegaskan, proses evakuasi ini lebih menitikberatkan pada warga di Wamena. Masyarakat di Jayapura tidak perlu ikut dalam kegiatan pemberangkatan melalui pesawat ke Jatim. "Ini kan sebetulnya ada suasana dari Wamena, mereka membutuhkan evakuasi. Kemudian yang Jayapura enggak usah ikut karena sebetulnya yang dilkukan evakuasi ya pada mereka pada saat ini membutuhkan perlindungan," tegasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement