Rabu 02 Oct 2019 14:07 WIB

Perahu Nelayan Terbalik di Pangandaran, Satu Hilang

Masyarakat diminta waspada terhadap potensi gelombang hingga 4 meter.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Friska Yolanda
Nelayan di Desa Legok Jawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran, memaksa pergi melaut menerjang ombak, Jumat (13/9). Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum menyaksikan langsung masalah yang dihadapi para nelayan di tempat itu.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Nelayan di Desa Legok Jawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran, memaksa pergi melaut menerjang ombak, Jumat (13/9). Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum menyaksikan langsung masalah yang dihadapi para nelayan di tempat itu.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Sebuah perahu nelayan terbalik terhempas gelombang tinggi di Perairan Muara Sungai, Bojongsalawe, Desa Karang Jaladri, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Selasa (1/10) malam. Satu orang nelayan masih dalam pencarian.

Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Bandung, Deden Ridwansah mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Selasa sekitar pukul 23.15 WIB. Perahu bernama Jaya Abadi itu membawa tiga orang nelayan. Dua orang berhasil selamat dalam peristiwa itu.

“Kita baru menerima informasi hari ini pukul 09.00 WIB dari pihak Pos TNI AL Pangandaran. Satu orang masih dalam pencarian," kata dia, Rabu (2/10).

Ia menyebutkan, dua orang korban yang selamat di antaranya Wawan (22 tahun) dan Arsidin (50). Sementara satu korban yang masih dalam pencarian bernama Elan Suherlan (47).

“Pukul 09.30 WIB kita menurunkan satu tim rescue  dari Pos SAR Tasikmalaya, dengan rencana akan melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan POS TNI AL Pangandaran dan rencana operasi melakukan penyisiran di permukaan air dengan menggunakan satu unit LCR," kata dia.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan imbauan untuk masyarakat agar waspada terhadap potensi gelombang setinggi 1,25 hingga 4 meter yang berpeluang menyambangi sejumlah perairan Indonesia dalam beberapa hari ke depan, 1-2 Oktober.

Berdasarkan analisis BMKG, terdapat Typhoon MITAG 965 hPa di Perairan Tiongkok, pusat tekanan rendah 1010 hPa di Samudra Pasifik timur Filipina, pola sirkulasi eddy di Samudra Hindia barat Aceh dan Kalimantan Tengah. Pola angin di wilayah Indonesia bagian utara umumnya dari Tenggara-Barat Daya dengan kecepatan 4-15 knot sedangkan di wilayah selatan Indonesia dari Timur-Tenggara dengan kecepatan 4-20 Knot. 

Kecepatan angin tertinggi terpantau di Perairan Pulau Enggano, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Banten hingga Jawa Barat, Perairan selatan Kalimantan, Selat Makassar bagian selatan, Perairan timur Sulawesi Selatan, Teluk Bone bagian selatan Laut Flores bagian timur, Perairan Yos Sudarso hingga Merauke. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut.

Menurut hasil pantauan BMKG, wilayah yang akan dilanda gelombang setinggi 1,25 meter hingga 2,50 meter (sedang), di antaranya Perairan Utara Sabang, Perairan Sabang-Banda Aceh, Perairan Barat Aceh, Perairan P.Simeulue Hingga Kep. Mentawai, Perairan Pesisir Bengkulu Hingga Barat Lampung, dan Selat Sunda Bagian Selatan. 

Selain itu juga Samudera Hindia Barat Aceh Hingga Nias, Perairan Selatan Jawa Barat hingga Pulau Sumba, Selat Bali - Selat Lombok-Selat Alas Bagian Selatan, Selat Sumba Bagian Barat, Laut Sawu, Perairan Selatan Sawu-Rotte, Samudera Hindia Selatan Bali Hingga NTT, Selat Karimata Bagian Selatan, Laut Jawa, Perairan Kotabaru, Selat Makassar Bagian Selatan, Teluk Bone Bagian Selatan, Laut Banda, Perairan Selatan Kepulauan Kei-Aru, Perairan Selatan Kep Tanimbar, Laut Arafuru.

Sedangkan wilayah yang akan dilanda gelombang setinggi 2,50 meter hingga 4,0 meter (tinggi) adalah perairan Pulau Enggano, Samudera Hindia Barat Hingga Lampung, Samudera Hindia Selatan Jawa, Perairan Selatan Banten.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement