Selasa 01 Oct 2019 23:08 WIB

Jatim Alami Deflasi 0,07 Persen pada September

Tiga komoditas utama penyumbang deflasi daging ayam, bawang merah, dan telur ayam.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Deflasi (ilustrasi)
Deflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistika (BPS) Jawa Timur mencatat terjadinya penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 0,07 persen. Yaitu dari 135,74 pada Agustus 2019, menjadi 135,65 pada bulan selanjutnya. Kepala BPS Jatim Teguh Pramono mengungkapkan, pada September 2019 dua dari tujuh kelompok pengeluaran mengalami deflasi.

"Adalah kelompok Bahan Makanan yang mengalami deflasi sebesar 1,11 persen, dan kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,01 persen," kata Teguh di kantornya, Jalan Kendangsari, Surabaya, Selasa (1/10).

Sementara, lima kelompok yang mengalami inflasi di antaranya kelompok Sandang, yakni sebesar 0,68 persen. Kemudian diikuti kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga sebesar 0,63 persen; kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,31 persen; kelompok Kesehatan sebesar 0,07 persen; dan kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar sebesar 0,03 persen.

Teguh menjabarkan tiga komoditas utama penyumbang deflasi di Jatim pada September 2019. Ialah daging ayam ras, bawang merah, dan telur ayam ras. Harga daging ayam ras kembali mengalami penurunan disebabkan oleh banyaknya pasokan di pasaran, sementara tidak terjadi kenaikan permintaan.

"Bawang merah yang masih menjadi komoditas penyumbang deflasi seperti bulan sebelumnya. Ini disebabkan harganya yang terus mengalami penurunan. Komoditas lain yang juga mengalami penurunan pada bulan September adalah telur ayam ras," ujar Teguh.

Adapun, tiga komoditas utama yang menghambat terjadinya deflasi pada September 2019 ialah biaya akademi atau perguruan tinggi, emas perhiasan, dan beras. Biaya akademi atau perguruan tinggi yang dibayarkan pada tahun ajaran baru menjadi komoditas utama penghambat deflasi karena mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara itu, kata Teguh, emas perhiasan masih mengalami kenaikan, walaupun tidak setinggi bulan sebelumnya. Komoditas lain yang juga mengalami kenaikan adalah komoditas beras. Kenaikan harga disebabkan berkurangnya produksi akibat kemarau panjang.

Teguh melanjutkan, berdasarkan penghitungan angka inflasi di 8 kota IHK di Jawa Timur selama September 2019, seluruh kota mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Jember yaitu mencapai 0,29 persen. Kemudian diikuti Kediri sebesar 0,27 persen, Madiun sebesar 0,19 persen, Probolinggo sebesar 0,14 persen, Sumenep sebesar 0,13 persen, Banyuwangi sebesar 0,05 persen, Malang sebesar 0,03 persen, dan Surabaya sebesar 0,02 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement