REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Korban demonstrasi anarkis yang berujung kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, mulai terserang beragam penyakit. Di antaranya mialgia dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) serta diare.
Penyakit mialgia atau yang bisa disebut nyeri otot adalah suatu keadaan di mana badan terasa pegal-pegal, mulai diakibatkan oleh olahraga yang menyebabkan tubuh merenggang terlalu banyak. Mialgia yang tanpa adanya cedera biasanya disebabkan oleh infeksi dari virus.
"Penyakit yang tertinggi yaitu penyakit mialgia, ISPA, dan penyakit diare tetapi sangat kecil. Penyakit yang paling tinggi yaitu penyakit mialgia dan ISPA," kata Koordinator Tim Gabungan Kesehatan dari Dinas Kesehatan dan TNI/Polri di Wamena, Paminto Widodo ketika dihubungi melalui telepon seluler dari Jayapura, Selasa (1/10).
Beragam penyakit itu mulai menyerang warga Wamena setelah demonstrasi anarkis yang berujung kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya pada Senin (23/9).
Namun, kata Paminto, setelah korban demo mendapatkan pelayanan kesehatan, kata dia, penyakit-penyakit itu mulai menurun. Grafiknya sudah mulai menurun dratis dari sebelumnya.
"Terutama grafik penyakit mialgia dan ISPA, diare dan malaria," katanya.
Paminto mengatakan rata-rata pasien pengungsi yang dirawat di RSUD Wamena karena luka-luka. Kebanyakan di antaranya luka bakar.
Ada juga kasus-kasus kesehatan yang bukan karena dampak langsung kerusuhan, tetapi jumlahnya sedikit. Contoh pada Ahad (29/9) ada dua ibu yang hamil di posko pengungsian terpaksa harus dirujuk ke RSUD Wamena untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Demonstrasi yang berujung kerusuhan di Wamena, pada Senin, 23 September 2019 itu menyebabkan 33 orang meninggal dunia, baik warga pendatang maupun warga Papua. Pendemo juga merusak dan membakar ratusan bangunan milik pemerintah maupun swasta di daerah tersebut.