Ahad 29 Sep 2019 14:59 WIB

Ridwan Kamil: Tensi Meningkat karena Salah Komunikasi

Ridwan Kamil berharap kondisi Indonesia dapat segera membaik.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Teguh Firmansyah
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil
Foto: Republika/Edi Yusuf
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengakui tensi dinamika politik di Indonesia saat ini sedang meningkat. Emil, sapaan akrabnya, berpandangan kondisi itu tak lepas dari kesalahpahaman dalam persoalan komunikasi.

"Sekarang ada dinamika politik, kalau dibedah secara jujur karena miss komunikasi," ujar Emil di sela-sela kegiatan LIA Ecofest 2019 di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Ahad (29/9).

Baca Juga

Emil berharap kondisi Indonesia segera membaik agar upaya pembangunan dan kesejahteraan masyarakat bisa dapat berjalan lebih maksimal. Indonesia menargetkan akan menjadi negara adidaya pada 2045.

Salah satu caranya, kata Emil, yakni dengan meningkatkan posisi perekonomian Indonesia. Saat ini, ekonomi Indonesia berada di peringkat 13. Pada 2030 ditargetkan naik menjadi posisi tujuh, dan pada 2045, ekonomi Indonesia berada di tiga atau empat besar dunia.

"Salah satu syaratnya adalah politik harus kondusif, maka kita doakan, hari ini lagi banyak dinamika. Syarat peradaban maju adalah situasi sosial-politik harus aman terkendali. Mudah-mudahan ada solusi terhadap permasalahan yang ada di Papua, Jakarta, di mana-mana yang hari ini sedang berdinamika," ucap Emil. 

Selain itu, syarat lain dalam menjadi negara adidaya, adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satunya bisa dengan peningkatan warga dalam kemampuan berbahasa asing.

"Mudah-mudahan kemampuan bahasa yang baik ini akan menghasilkan masa depan dunia yang lebih damai dan kesepahaman," kata Emil. 

Kepada masyarakat yang sedang dan akan menjalani aksi menyuarakan aspirasi, Emil meminta untuk mengikuti koridor hukum. "Apa pun yang dilakukan harus mengutamakan koridor aturan hukum, itu saja. Jangan anarkis, jangan dekstruktif, hargai hak orang lain yang juga punya hak menjalani aktivitas sehari-hari," ungkap Emil.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement