Sabtu 28 Sep 2019 08:55 WIB

Para Dokter dan Guru di Papua Khawatirkan Keselamatan

Dokter yang bertugas di Wamena minta dievakuasi karena ketakutan,

Rep: Rr Laeny Sulistyawati, Mimi Kartika/ Red: Muhammad Subarkah
Warga memadati Pangkalan TNI AU Manuhua Wamena, Jayawijaya, Papua, Rabu (25/9/2019).
Foto: Antara/Iwan Adisaputra
Warga memadati Pangkalan TNI AU Manuhua Wamena, Jayawijaya, Papua, Rabu (25/9/2019).

WAMENA -- Memburuknya kondisi keamanan di pegunungan tengah Papua belakangan menelan korban seorang dokter yang selama ini diandalkan melayani warga di pedalaman. Jika tak ada jaminan kemanan ke depannya, para dokter dan guru yang sangat dibutuhkan layanannya di wilayah tersebut akan dievakuasi.

Kekhawatiran tersebut dipicu meninggalnya dr Soeko Marsetiyo yang mengabdi di puskesmas di pedalaman Tolikara sejak awal 2014. Dr Soeko ditemukan meninggal saat hendak kembali ke Tolikara dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya, saat kerusuhan terjadi pada Senin (23/9) lalu.

“Memang benar dokter-dokter yang bertugas di Wamena minta dievakuasi karena ketakutan, bahkan ada yang sudah tiba di Jayapura,” kata Kepala Dinas Kesehatan Papua, dr Silvanus Sumule, di Jayapura, Kamis (26/9) malam.

Dinas Kesehatan Papua tidak bisa menahan keinginan mereka sehingga akan mengirim penggantinya agar pelayanan kesehatan tetap dapat dilaksanakan. “Karena, biar bagaimanapun mereka pasti ketakutan dan trauma dengan situasi yang terjadi saat itu,” ujar dr Sumule. Untuk menambal kebutuhan tenaga kesehatan, menurut Sumule, Dinas Kesehatan Papua akan mengirim 25 dokter ke Wamena.

Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek mengiyakan adanya permintaan evakuasi para dokter. Kendati demikian, pihak Kementerian Kesehatan menolak memberikan izin. Alasannya, dia menambahkan, pelayanan kesehatan harus tetap berjalan. \"Belum dievakuasi. Kalau dievakuasi, pelayanan kesehatan collapse," ujar Nila menegaskan, kemarin.

Ia juga meminta jajaran aparat keamanan dari TNI, kepolisian, hingga Kementerian Dalam Negeri mengawal untuk mengamankan para dokter di Wamena yang meminta dievakuasi tersebut. "Karena itu, kami bicarakan ini semua dengan kepala dinas kesehatan di sana karena keamanan mereka (dokter dan tenaga kesehatan) harus dijaga," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Ahmad Yurianto menambahkan, tidak semua dokter meminta dievakuasi. "Jadi (dokter) yang takut adalah para pendatang saja," ujarnya.

Yuri menyebutkan, masih banyak jumlah dokter dan tenaga kesehatan yang merupakan warga asli Papua. Bahkan, ia mengklaim jumlahnya lebih banyak dibandingkan dokter pendatang. "Kemenkes mengimbau evakuasi tidak keluar dari Papua. Di tempat aman saja, seperti koramil atau kantor polisi, sementara sambil memonitor kondisi. Jadi, jangan nekat keluar, kalau kondisi sudah kondusif baru kembali," katanya.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga meminta jaminan keamanan bagi para petugas kesehatan yang melayani masyarakat di berbagai wilayah Papua. "Setelah kita konfirmasi //sih// bukan minta dievakuasi, tetapi minta jaminan keamanan. Karena, mereka tidak mungkin meninggalkan pelayanan kan, karena banyak pasien juga," ujar Sekretaris Jenderal IDI Adib Khumaidi saat dihubungi Republika, Jumat (27/9).

Adib mengatakan, jika jaminan keamanan itu tak diberikan, IDI akan meminta Kementerian Kesehatan mengevakuasi tenaga medis ke daerah yang aman dari konflik. "Kalau tim keamanan sendiri tidak berani menjamin keamanan daripada tim medis, ya saya kira enggak mau teman-teman kami yang akan semakin banyak menjadi korban," kata Adib.

Ia juga meminta dilakukannya investigasi terhadap meninggalnya dr Soeko Marsetyo. "Kami minta diinvestigasi karena negara kita negara hukum, korban dan masyarakat tentu mempunyai hak hukum juga, proses untuk investigasi tetap minta dilakukan untuk mengusut tuntas," tutur Adib.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lanny Jaya, yang wilayahnya berbatasan dengan Wamena, telah mengungsikan tenaga pendidikan di delapan distrik terjauh untuk sementara waktu. Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Lanny Jaya Christian Sohilait mengatakan, hal ini dilakukan pihaknya untuk berjaga-jaga dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan mengingat banyaknya isu yang beredar.

"Kedelapan distrik tersebut, yakni Dimba, Gamelia, Poga, Melagineri, Tiomneri, Pirime (Kampung Anyakrome), Mokoni (Kampung Guninggame), dan Yugungwi (Kampung Gimbuk)," kata dia. Menurut Christian, guru-guru tersebut ditarik ke Tiom agar keamanannya terjamin.

"Selain tenaga pendidik, kami juga menarik tenaga medis di empat distrik terjauh, yakni Poga, Dimba, Gamelia, dan Melagineri," ujarnya. Dia menjelaskan, meskipun demikian, secara umum kondisi Kabupaten Lanny Jaya aman terkendali dan aktivitas masyarakat juga sudah berjalan dengan normal.

"Sedangkan untuk tenaga pendidik dan medis yang ditarik tersebut akan dipulangkan kembali ke tempat tugasnya masing-masing jika dianggap kondisi Papua sudah aman dan kondusif," ujar dia.

Sejauh ini, pesawat-psawat TNI AU terus mengevakuasi warga pendatang yang ingin meninggalkan Wamena. Pesawat Hercules milik TNI AU pada Jumat (27/9) mengangkut sebanyak 300 orang pengungsi dari Bandara Udara Wamena, Kabupaten Jayawijaya, ke Base Ops Lanud Silas Papare, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.

Komandan Skadron Udara (Danskadud) 32 Lanud Abdulrahman Saleh, Malang, Jawa Timur, Letkol PNB Surya Anggoro, mengatakan, sejak kemarin pagi hingga sore hari telah dilakukan dua kali penerbangan. "Kebetulan kami diperintahkan berangkat dan baru sampai Biak Numfor pada sekitar pukul 03.30 WIT tadi, dan langsung laksanakan evakuasi dua kali, insya Allah direncanakan tiga kali pada sore ini," katanya.

Menurut dia, dua kali penerbangan pesawat Hercules yang diawakinya bersama 15 orang kru telah mengangkut 300 orang pengungsi. "Yang tadi baru turun sebanyak 150 orang dan untuk bantuan sosial itu tadi 12 ton per pesawat yang diangkut ke Wamena. Dan, sekarang juga akan segera dinaikkan bantuan sosial yang kedua," ujar dia.

Yudi, salah satu warga pendatang di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, mengatakan masih trauma dengan kondisi beberapa hari lalu. "Pada umumnya warga ingin memilih kembali pulang ke kampung halaman karena melihat situasi yang kurang mantap," katanya. Hingga kini, data yang diperoleh Antara dari berbagai sumber, jumlah warga yang mengungsi dari Wamena ke Jayapura telah mencapai sedikitnya 1.096 orang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement