Jumat 27 Sep 2019 09:38 WIB

Korban Meninggal Gempa Ambon Jadi 23 Jiwa

Sebanyak 100 jiwa juga mengalami luka akibat gempa Ambon.

Rep: RR Laeny S/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah pasien menjalani perawatan di dalam tenda darurat di teras RSUD Haulussy, Ambon, Maluku, Kamis (26/9/2019).
Foto: Antara/Izaac Mulyawan
Sejumlah pasien menjalani perawatan di dalam tenda darurat di teras RSUD Haulussy, Ambon, Maluku, Kamis (26/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Maluku mencatat pada Kamis (26/9), pukul 21.53 WIT, total korban meninggal dunia bertambah menjadi sebanyak 23 jiwa. Korban meninggal akibat gempa di Ambon kemarin pagi.

"Total korban meninggal sebanyak 23 jiwa. Korban meninggal tertinggi diidentifikasi di Kabupaten Maluku Tengah, sebanyak 14 jiwa," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Agus Wibowo seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (27/9).

Baca Juga

Selain ditemukan di Kabupaten Maluku Tengah, dia menambahkan, korban meninggal juga terjadi di Kota Ambon, sebanyak enam jiwa, dan Kabupaten Seram Bagian Barat tiga jiwa. Tak hanya korban meninggal, Agus mengaku mendapatkan laporan dari BPBD setempat bahwa lebih dari 100 orang menderita luka-luka.

Korban luka-luka berada di Kabupaten Maluku Tengah. "Lebih dari 100 orang mengalami luka di Desa Liang. Korban luka disebabkan reruntuhan bangunan pascagempa," ujarnya.

Di Kota Ambon, ia menyebutkan lima orang luka dan telah mendapatkan perawatan medis. Sedangkan Kabupaten Seram Bagian Barat, satu orang luka di Desa Waisama.

Hingga kini ia menyebutkan sekitar 15.000 warga masih mengungsi pascagempa. Mereka mengungsi karena rumah mereka rusak dan mengantisipasi gempa susulan yang membahayakan bangunan tempat tinggal.

Sementara itu, ia menyebutkan kerusakan infrastruktur tidak hanya terjadi pada sektor perumahan tetapi juga fasilitas pendidikan, tempat peribadatan, perkantoran, dan fasilitas umum. Kerusakan rumah di wilayah terdampak mencapai 171 unit, dengan rincian 59 rusak berat, 45 rusak sedang dan 67 rusak ringan. Kemudian fasilitas pendidikan rusak sebanyak lima unit antara lain beberapa bangunan di Universitas Pattimura dan Kampus IAIN.  

"Berdasarkan situasi lapangan, beberapa kebutuhan berupa makan dan non-makanan mendesak diperlukan selama penanganan darurat," katanya.

Ia menyebutkan, lokasi bencana kini membutuhkan yaitu terpal sebanyak 30.000 lembar, tenda keluarga 20 buah. Ia menambahkan, tenda sangat dibutuhkan mengingat wilayah Maluku mengalami hujan.

Kemudian popok balita, pembalut perempuan, selimut 20.000 lembar, matras 5.000 lembar, tikar 10.000 lembar, alat penerang 20.000 buah dan tandom air beserta MCK. Sedangkan kebutuhan makan, para penyintas membutuhkan makanan bayi sebanyak 120 paket, makanan dan minuman 20.000 paket, obat-obatan, air mineral, dan makanan siap saji.

Di samping itu, pendekatan trauma healing diperlukan bagi anak-anak dan remaja. Hingga kini, ia menyebutkan pemerintah daerah setempat dibantu banyak pihak masih terus melakukan upaya-upaya penanganan darurat di lapangan.

"Tim kaji cepat melakukan pendataan untuk melihat secara lebih rinci kondisi di lapngan. Tim BNPB telah berada di lokasi untuk mendukung penanganan darurat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement