REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat meminta kepolisian untuk mengusut tuntas kasus dugaan penyerangan terhadap mobil ambulans dan sejumlah petugas medis di lokasi aksi demonstrasi, Jakarta, Rabu (25/9). Hal ini disampaikan Pelaksana Harian Ketua Umum PMI Ginandjar Kartasasmita.
Dia beralasan, kasus tersebut berkaitan dengan nama baik lembaganya. “Keinginan kami, kasus ini harus diusut karena menyangkut nama baik PMI,” ujar Ginandjar Kartasasmita dalam jumpa pers di kantor pusat PMI, Jakarta, Kamis.
Dia menjelaskan kronologi kejadian tersebut. Penyerangan terhadap ambulans dan tim medis terjadi sekitar pukul 23.45 WIB, Rabu (25/9) malam. Pada saat itu, mereka sedang menolong korban demonstran yang terluka di depan Gedung Menara BNI, Jalan Pejompongan V, Tanah Abang, Jakarta Pusat. “PMI ambulansnya sedang menolong yang terkena batu,” ucap Ginandjar.
Kericuhan kemudian terjadi di dekat ambulans tersebut. PMI Pusat menyatakan, terdapat tiga orang petugas medis di lokasi yang mengalami luka-luka. Selain itu, ambulans milik PMI pun rusak. Namun, lanjut Ginandjar, hal itu tidak berarti kepolisian melakukan penyerangan karena aparat tersebut sedang bertugas menertibkan massa aksi.
Bagaimanapun, dia mengingatkan agar polisi lebih berhati-hati ke depannya. “Kalau ditemukan hal-hal (mencurigakan) di dalam ambulans, aparat keamanan tidak ambil tindakan juga salah. Kita pahami. Kalau ada pelakunya, harus diproses agar tidak memperburuk citra kami dan petugas (polisi),” jelas dia.
Ginandjar menegaskan, pihak PMI tidak menyuplai batu kepada pengunjuk rasa. Tuduhan tersebut pun sudah dibantah Polda Metro Jaya. Menurut dia, ada oknum demonstran yang menaruh kardus berisikan batu dan petasan di dalam ambulans saat kericuhan mendekati mobil petugas medis itu. Akibatnya, mobil milik PMI itu beserta petugas medisnya sempat digiring ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
“Kalau orang yang bawa kardus sudah ditangkap, kita siap sebagai saksi. Ambulans PMI tidak buat sesuatu yang bertentangan dengan pemerintah,” ujar dia.
Ginandjar membantah keterangan yang disampaikan Kepala Markas PMI Kota Jakarta Timur (Jaktim), E Komalasari. Secara terpisah, pihak PMI Jaktim menyebut, pelaku serangan ambulans tersebut ditengarai merupakan oknum Korps Brigade Mobil (Brimob) kepolisian. “Mereka (oknum Brimob) beralasan mencari batu dan bensin yang disimpan dalam ambulans untuk pendemo,” ujar Komalasari, Kamis.
Menurut Komalasari, pada Rabu (25/9) sekitar pukul 23.30 WIB, tim medis PMI Jakarta Timur bersiaga dalam mobil ambulans yang diparkir di depan lobi Menara BNI, Jakarta Pusat. Pada saat yang sama, terdapat beberapa mobil ambulans lainnya milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan PMI DKI Jakarta.
Tim medis PMI Jakarta Timur sedang memberikan pertolongan pertama kepada korban kerusuhan di dalam mobil ambulans ketika tiba-tiba sejumlah oknum Brimob datang mendekati mereka. Aparat berseragam itu diketahui sedang melakukan penyisiran (//sweeping//).
Beberapa dari mereka lantas membuka paksa pintu mobil ambulans PMI Jakarta Timur. Sejumlah oknum memukul dan secara paksa mengeluarkan pasien yang sedang ditangani tim medis dari dalam ambulans.
Komalasari meneruskan, oknum Brimob lalu melayangkan pukulan dengan tongkat kayu kepada seluruh tim medis PMI Jakarta Timur di dalam mobil ambulans. Seorang petugas PMI terkena pukulan pada bagian kepala. “Bahkan, salah satu perawat jatuh tersungkur ke belakang stretcher (tandu) karena didorong dan kemudian diinjak oleh oknum anggota Brimob,” ujar dia.
Kaca mobil milik PMI Jaktim, lanjut dia, juga dirusak oknum anggota Brimob. Sebanyak dua orang petugas PMI Jaktim ditarik paksa agar keluar dari dalam ambulans. “Beberapa petugas kesehatan PMI mengalami tindakan kekerasan dari oknum anggota Brimob, seperti dipukul, ditendang, ditonjok, ditarik,” kata dia.