REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat (Jabar) menilai aksi unjukrasa mahasiswa dalam beberapa hari terakhir ini merupakan cermin dari negara demokrasi. MUI Jabar menilai aksi unjukrasa mahasiswa secara masif tersebut merupakan yang terbesar setelah reformasi 1998.
Namun demikian, MUI Jabar mengimbau mahasiswa tetap waspada terhadap provokator dan pihak yang akan menunggangi. ‘’Kami apresiasi demo mahasiswa karena itu merupakan cerminan dari negara demokrasi," kata Ketua MUI Jabar, Prof KH Rachmat Syafi’i didampingi Sekretaris H Rafani Achyar kepada para wartawan, Kamis (26/9).
Menurut Rachmat, demonstrasi masif mahasiswa di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia melibatkan massa yang cukup banyak, baik dari kalangan mahasiswa dan masyarakat umum. Aksi unjukrasa seperti ini, kata dia, rawan disusupi provokator.
Karena itu ia mengingatkan mahasiswa agar waspada terhadap pihak-pihak yang ingin memancing di air keruh. Gejala aksi unjukrasa ditunggangi pihak tertentu, kata dia, bisa terlihat dari tindakan anarkis dengan merusak fasilitas umum serta kantor pemerintahan.
‘’Gejala ke arah itu ada. Pos polisi dirusak, kantor pemerintah dan fasilitas umum lainnya,’’tutur dia.
Selain itu, Rachmat juga mengingatkan aparat keamanan agar bertindak proporsional dan profesional dalam mengamankan aksi unjukrasa mahasiswa. "Kami mengimbau aparat agar dapat melaksanakan tugas secara proporsional dan profesional di lapangan," tutur dia.