REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah mahasiswa mengaku terjebak dalam kericuhan sehingga tidak bisa pulang. Massa yang terlibat kericuhan pun sulit untuk dipastikan asal kelompoknya.
Mahasiswa Universitas Darma Persada, Rizki (20 tahun) dan Bima (18 tahun) mengaku terjebak di lokasi kericuhan saat hendak kembali ke tempat tinggal mereka dengan menggunakan kereta api.
"Orang kita mau balik. Mau balik, gua nungguin ini doang mau ke Palmerah nggak bisa. Dari tadi mau balik ke sana, depan DPR sama juga kaya gini (tidak bisa lewat)," tuturnya, Selasa (24/9) malam.
Mereka menduga massa yang terlibat kericuhan bukan mahasiswa. "Udah bukan mahasiswa lagi ini mah...Udah campur," ungkap Rizki.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id di lapangan, massa yang bergerak di sekitar Hotel Mulia, Jakarta, tidak semuanya menggunakan almamater universitas. Bahkan, terdapat orang mengenakan seragam putih abu-abu di dalam massa tersebut.
"Bukan gimana-gimana, ada yang make almamater tapi bukan punyanya. Anak-anak kita juga kan tadi rame ya, ada yang kehilangan almamater," ujar Rizki dengan suara pelan.
Rizki mengaku mengikuti demonstrasi mahasiswa sejak Selasa siang. Ia turut merasakan pedihnya terkena gas air mata. Bahkan, ia sempat kesulitan bernapas karena terkena gas air mata itu.
"Untungnya masih ada yang peka. Jadi memang ada divisi kesehatan dari masing-masing universitas. Ada oksigen segala macam," kata Bima menimpali.
Baik Rizki dan Bima mengaku tidak mengikuti tindakan pelemparan batu ke arah aparat keamanan.