REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan menegaskan akan melakukan penyelidikan dan evaluasi serta memberikan sanksi tegas kepada oknum anggota yang melakukan penganiayaan terhadap sejumlah wartawan saat peliputan demo mahasiwadi daerah itu. Wartawan yang dianiaya di antaranya wartawan LKBN ANTARA, Darwin Fatir.
"Saat ini semua anggota di lapangan masih bertugas dan nanti langsung kita lakukan evaluasi setelah unjuk rasa selesai," ujar Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani di Makassar, Selasa (24/9).
Ia mengatakan pada saat bentrokan terjadi banyak anggota terkadang tidak mengenali wartawan karena kurangnya identitas yang melekat pada diri wartawan. Dicky berharap semua wartawan yang meliput di lapangan, apalagi unjuk rasa besar-besaran hendaknya memakai atribut lengkap.
Terkait dengan cukup banyaknya wartawan menjadi korban penganiayaan termasuk wartawan LKBN ANTARA, Darwin, yang dihajar menggunakan pentungan hingga kepalanya berlumuran darah tetap akan diselidiki. "Yang pertama sekali kami meminta maaf atas kejadian itu dan selanjutnya melakukan penyelidikan. Kami pastikan tindakan penganiayaan itu akan diproses sesuai dengan aturan," jelasnya.
Sebelumnya, Wartawan Lembaga Kantor Berita Nasional Antara (LKBN) Antara, Muh Darwin Fatir, menjadi salah seorang korban kekerasan dari aparat keamanan saat meliput demo mahasiswa di Makassar. Menurut salah seorang wartawan, Ishak dari Makassar Today yang turut meliput bersama Darwin di sekitar Kantor DPRD Sulsel, Selasa, aksi pemukulan terhadap Darwin tidak dilihat.
Sebab, dia juga sempat kena pukul aparat yang memukul mundur mahasiswa dari depan Gedung DPRD Sulsel. Tak lama berselang, baru terlihat dari lorong samping show room NV Hadji Kalla yang berada di dekat fly over, diseret beberapa petugas kepolisian.
Kondisi kepalanya berdarah dan di bagian perutnya terlihat bekas sepatu laras. Baju yang dikenakan berwarna putih motif juga terlihat jelas bekas tapak sepatu laras.
Selain Darwin yang mendapat perlakuan represif dari aparat kepolisian, wartawan ini, kata Ishak, juga mendapat kekerasan. Sementara mahasiswa yang demo juga banyak yang luka-luka setelah bentrok dengan aparat keamanan.
Wartawan dan mahasiswa yang luka-luka dilarikan ke rumah sakit terdekat yakni RS Awal Bros. Lobi rumah sakit juga dimanfaatkan untuk menampung mahasiswa yang luka-luka dengan menggunakan tandu seadanya, karena ruangan UGD sudah penuh dengan pasien.