Senin 23 Sep 2019 16:48 WIB

Usai Letusan, Suplai Magma Terus Berlangsung di Merapi

Berdurasi 125 detik awan panas dilaporkan memiliki jarak luncur 1.200 meter.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Aktivitas puncak Gunung Merapi mengeluarkan asap putih terlihat dari kawasan Kalitalang, Balerantai, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (20/8/2019).
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Aktivitas puncak Gunung Merapi mengeluarkan asap putih terlihat dari kawasan Kalitalang, Balerantai, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (20/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gunung Merapi mengeluarkan awan panas letusan pada Ahad (22/9) siang. Hingga kini, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menekankan, suplai magma masih berlangsung.

Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, sejak 29 Januari 2019 sudah ada 108 kali kejadian awan panas. Kemarin, awan panas letusan terjadi dengan amplitudo 70 milimeter.

Baca Juga

Berdurasi 125 detik, awan panas dilaporkan memiliki jarak luncur 1.200 meter. Meski terbilang cukup besar, Agus berpendapat, itu bukanlah awan panas yang terbesar sepanjang 2019.

"Sebelumnya, sudah pernah terjadi dua kilometer pada akhir Januari, Februari Maret dan April, terakhir pada 27 Agustus 2019," kata Agus di Kantor BPPTKG, Senin (23/9).

Yang membedakan dari guguran-guguran sebelumnya, awan panas ke luar didului letusan kolom asap setinggi 800 meter. Sebagai antisipasi gangguan penerbangan, diterbiatkan VONA dengan warna orange.

"Orange itu artinya kolom asap tidak melebihi 6.000 meter di atas permukaan laut," ujar Agus.

Secara rinci, ia menerangkan, terjadinya awan panas letusan hampir mirip awan panas guguran. Tapi, magma yang ada membuat produksi gas terus terjadi dan membuat tekanannya tidak selalu tetap.

Jika meningkat tiba-tiba, kubah yang menutupinya otomatis berlaku sebagai katub yang seakan menutupnya. Akibatnya, gas terakumulasi dan memang dapat meledak tiba-tiba seperti yang terjadi Ahad kemarin.

"Suplai magma masih berlangsung, dibuktikan gempa-gempa internal yang cukup intensif beberapa hari terakhir dan tiga bulan terakhir sedikit ada peningkatan," ujar Agus.

Meski begitu, hujan abu dilaporkan terjadi paling jauh menjangkau Desa Merdikorejo di Kecamatan Tempel. Jelang letusan kemarin, ada kenaikan suhu kubah lava yang mencapai 200 derajat celcius.

"Awan panas ini diperkirakan masih akan terus terjadi, dan suplai magma dari dalam masih berlangsung," kata Agus.

Hal itu dikuatkan aktivitas kegempaan yang berasal dari dalam tubuh yaitu vulkanotektonik dalam dan multifase. Namun, ia menegaskan jika tingkat aktivitas Gunung Merapi masih di tingkat waspada.

Namun, Agus mengingatkan, luncuran awan panas dan lontaran masih harus diwaspadai. Sekalipun, material-material erupsi diperkirakan tidak akan menjangkau tiga kilometer.

Untuk itu, BPPTKG meminta masyarakat tetap tenang. Agus menegaskan, masyarakat masih dapat beraktivitas seperti biasa di luar radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.

"Ikuti perkembangan aktivitas Gunung Merapi dari media-media yang terpercaya," ujar Agus.

Agus menambahkan, untuk kubah lava masih stabil dan pada 19 September 2019 tercatat volumenya masih sekitar 468 ribu meter kubik. Selain itu, deformasi Gunung Merapi dinyatakan masih normal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement