REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah menyebabkan 3.394 orang di Kalimantan Tengah menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Dinas Kesehatan Kalteng mencatat angka tersebut hingga pekan kedua September 2019.
"Jumlah penderita ISPA itu mengalami peningkatan sekitar 495 orang dibandingkan minggu pertama September 2019 sebanyak 2.889 orang," kata Kepala Dinkes Kalteng Suyuti Syamsul di Palangka Raya, Sabtu (21/9).
Untuk mengantisipasi agar jumlahnya tidak terus meningkat, sejak Agustus 2019 sebenarnya Dinkes sudah mengaktifkan posko pelayanan kesehatan di Pusdalops BPBPK. Selain itu, lanjut dia, Dinkes Kalteng juga melakukan emergency mobile team yang bertugas memberi pelayanan kepada petugas lapangan pemadam lahan terbakar, serta penduduk sekitar daerah terdampak kabut asap.
Suyuti mengatakan pemerintah provinsi pun telah berkoordinasi dengan pihak terkait, terutama dalam hal upaya pelayanan kesehatan. Bupati/Wali Kota se-Kalteng juga sudah disurati agar membebaskan biaya pengobatan, khususnya bagi masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan atau BPJS Kesehatan.
"Sekarang ini kan Kalteng sudah menetapkan status tanggap darurat. Jadi penanganan kesehatan tentunya harus diperhatikan," kata dia.
Berdasarkan data Dinkes Kalteng, rumah sehat oksigen yang tersebar di seluruh provinsi ini ada 194 unit. Rumah sehat oksigen itu tersebar di 159 puskesmas, 20 rumah sakit dan 15 di aula pemerintah maupun bangunan milik masyarakat.
Kepala Dinkes Kalteng mengakui luasnya wilayah ini membuat banyak masyarakat terpapar kabut asap masih banyak yang belum terjangkau. Untuk itulah, Dinkes Kalteng menyiapkan dua unit bus dan tiga ambulan memberikan pelayanan oksigen kepada masyarakat.
"Jadi ini mobil oksigen bergerak di berbagai titik kumpul masyarakat. Harapannya, tidak bertambah lagi masyarakat yang terkena ISPA," demikian Suyuti.