Jumat 20 Sep 2019 17:03 WIB

Krisis Air Bersih Akibat Kekeringan di Lampung Meluas

Delapan kecamatan di Bandar Lampung mengalami krisis air.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Nur Aini
Ilustrasi kekeringan.
Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Ilustrasi kekeringan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Kemarau panjang melanda sebagian wilayah Lampung yang membuat warga kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung mendata delapan kecamatan di kota tersebut terpapar krisis air.

Menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Bandar Lampung Sutarno, kemarau yang berlangsung empat bulan terakhir telah menyebabkan luasan wilayah yang krisis air bersih. “Sebelumnya hanya tiga titik, sekarang sudah delapan kecamatan,” kata Sutarno dalam keterangan persnya, Jumat (20/9).

Baca Juga

Ia mengatakan, kemarau panjang hingga September 2019 menjadi bencana kekeringan yang masuk kategori darurat. Hal tersebut dikarenakan meluaskan wilayah kekeringan yang terjadi di Kota Bandar Lampung. Saat ini, hampir rata-rata wilayah kota sudah merasakan kesulitan mencari air bersih di pemukimannya.

Kecamatan yang membutuhkan pasokan air bersih dari pemerintah yakni di Kedamaian, Kedaton, Sukabumi, Sukarame, Panjang, Rajabasa, Wayhalim, dan Telukbetung Timur. Warga di kawasan tersebut sudah tidak mendapatkan air bersih lagi di pemukimannya, mereka terpaksa membeli air ke luar kampung atau membeli air galon isi ulang.

“Permintaan air bersih di daerah tersebut sampai sekarang semakin meningkat saja, karena memang tidak ada lagi air di kawasan itu,” katanya.

Selama musim kemarau panjang ini, BPBD Kota Banar Lampung terus menyalurkan air bersih ke beberapa titik yang mendesak. Setiap distribusi air bersih menggunakan mobil tangki sebanyak 10 ribu liter. Saat pengiriman air bersih, dikerahkan dua mobil tangki untuk setiap wilayah.

BPBD terpaksa mengerahkan sembilan mobil tangki dengan masing-masing berkapasitas 5.000 liter setiap harinya, untuk memenuhi permintaan warga yang terdampak kekeringan. Sebelumnya, saat awal musim panas, hanya tiga sampai enam mobil tangki yang beroperasi. “Airnya berkoordinasi dengan PDAM,” ujarnya.

BPBD beroperasi bila ada permintaan dari warga yang diketahui RT atau pamong setempat. Sedangkan warga yang belum mendapatkan pasokan air bersih, tetap menunggu giliran karena kondisi mobil yang sedikit, sedangkan penyaluran ke wilayah yang begitu luas.

Menurut Arif, warga Kedaton, musim kemarau telah mengeringkan sumur-sumur warga. Biasanya, ujar dia, sumur warga masih tersisa meski tidak banyak. “Cukuplah kalau air di sumur untuk minum dan MCK. Tapi sekarang kemarau sudah empat bulan lebih, sumur jadi kering,” katanya.

Ia berharap pemerintah tetap menyalurkan air bersih ke masing-masing pemukiman warga secara bergiliran, karena tidak ada tempat untuk mencari air bersih lagi, karena rata-rata wilayah kekeringan semua. Warga yang ada uang, terpaksa membeli air galon isi ulang seharga Rp 4.000 per galon 18 liter. “Tapi kalau setiap hari butuh empat galon berapa duit yang keluar,” ujar Arief yang bekerja wiraswasta tersebut.

Sedangkan, BPBD Lampung Tengah juga terus mendistribusikan air bersih ke Kelurahan Yukumjaya, Terbanggi Besar, Jumat (20/9). Warga setempat sudah tidak memiliki air bersih lagi untuk kebutuhan sehari-hari.

BPBD menyediakan satu mobil tangki berkapasitas 5.000 liter, untuk memenuhi permintaan warga yang dilanda kekeringan. Pekan depan, BPBD setempat akan mengoperasikan dua mobil tangki untuk melayani permintaan warga.

Warga yang tidak terjangkau dengan bantuan BPBD setempat, terpaksa mencari air bersih dengan cara berjalan kaki dan naik kendaraan motor berkilo-kilo meter. Kekeringan melanda warga di Lampung Tengah sudah empat bulan terakhir, sehingga sumur-sumur warga kering.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement