Kamis 19 Sep 2019 08:19 WIB

BPPT: Operasi Hujan Buatan Diperluas ke Kalimantan

Posko BPPT dipusatkan di Pangkalan Udara Supadio, Pontianak.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andri Saubani
Petugas Brigdakarhutla Dinas Kehutanan berupaya memadamkan kebakaran lahan gambut di Ray enam Desa Sungai Batang, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Rabu (28/8/2019).
Foto: Antara/Bayu Pratama S
Petugas Brigdakarhutla Dinas Kehutanan berupaya memadamkan kebakaran lahan gambut di Ray enam Desa Sungai Batang, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Rabu (28/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan mulai bergerak ke wilayah Kalimantan. Posko untuk wilayah Kalimantan Barat (Kalbar) dipusatkan di Pangkalan Udara Supadio, Pontianak. Sedangkan posko wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng) dipusatkan di Bandar Udara Tjilik Riwut, Palangkaraya.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) selaku operator TMC, Hammam Riza mengatakan kegiatan TMC di Kalimantan didukung pihak TNI AU yang menerjunkan pesawat Cassa 212-200 di wilayah Kalbar dan pesawat CN 295 untuk operasi TMC wilayah Kalteng. Bahan semai yang dipasok BBTMC-BPPT mencapai 33 ton untuk operasi TMC di Kalimantan, di antaranya 13 ton Kalteng dan 20 ton untuk Kalbar.

Baca Juga

Hammam menyebut tim yang ditugaskan di Kalbar terdiri dari 8 orang dari BBTMC yang tersebar di posko (6 orang), dan pos pemantauan meteorologi (posmet 2 orang), kru pesawat dari Skuadron 4 Malang, Jatim sebanyak 12 orang, serta 1 orang dari BMKG. Sedangkan di Kalteng, tim BBTMC-BPPT terdiri dari 5 orang, didukung 13 orang dari TNI AU untuk kru pesawat.

"Operasi TMC di Kalimantan sudah dimulai Selasa kemarin untuk wilayah Kalteng. Sedangkan Kalbar baru akan dimulai sekitar tanggal 20 September.  Kendati di Kalteng Selasa kemarin telah turun hujan rintik-rintik, namun belum signifikan," ujar Hammam Riza di Jakarta, Rabu (18/9).

Ia menjelaskan dalam operasi TMC kali ini, BPPT menerapkan inovasi  penyemaian kapur tohor (CaO) untuk membongkar lapisan yang menutupi radiasi matahari akibat pekatnya kabut asap. "Ini inovasi baru dalam operasi TMC untuk optimalkan awan-awan potensial," ujar Hammam.

Koordinator Lapangan TMC-BPPT di Kalteng Fikri Nur Muhammad, mengatakan titik lokasi penyemaian di wilayah timur Banjarmasin, Pulang Pisau dan wilayah Sampit. Hasilnya ditemukan awan-awan potensial di daerah tersebut. Harapannya hujan turun membahasi lahan-lahan.

"Kendala yang dihadapi adanya lapisan tebal asap yang mencapai 8.500 kaki yang mengakibatkan sulitnya terjadi pembentukan awan," ujarnya.

Sementara itu, Koordinator Lapangan TMC-BPPT di Kalbar Satyo Nuryanto, mengatakan, timnya baru menyelesaikan persiapan teknis pada pesawat dan siap operasional TMC pada 19 September. Peluang pertumbuhan awan diperkirakan membaik pada tanggal 20 September.

Kepala BBTMC-BPPT, Tri Handoko mengatakan, nantinya target operasi modifikasi cuaca akan dipantau melalui radar, satelit, serta peralatan lainnya. Secara alami, keberadaan awan bisa berubah-ubah. Berdasarkan hasil pantauan itu setiap hari akan ditentukan target penyemaian. Jika terdapat awan cukup banyak, maka akan ditentukan skala prioritas dalam penanggulangan karhutla.

Pertama, yaitu wilayah terdapat awan dan juga terpantau hotspot. Prioritas kedua adalah wilayah yang ada awannya dengan curah hujan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir relatif lebih kecil dibanding wilayah lainnya. Sedangkan, prioritas ketiga yaitu wilayah yang secara historis sering muncul hotspot.

"Pada prinsipnya di mana pun hujan jatuh akan bermanfaat, kalau terkena hotspot maka akan padam, kalau mengena lahan atau tanah maka akan menjadi lembab, sehingga akan meredam munculnya hotspot baru. Kita ketahui bahwa lahan yang lembab akan lebih susah terbakar daripada lahan kering," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement