Jumat 13 Sep 2019 08:49 WIB

Kulon Progo Tetapkan Status Tanggap Darurat Kekeringan

Kuota bantuan air bersih sudah habis disalurkan ke warga terdampak kekeringan.

Red: Nur Aini
Warga melihat bekas makam yang terlihat saat air surut di Waduk Sermo, Kulonprogo, DI Yogyakarta, Selasa (16/7/2019).
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Warga melihat bekas makam yang terlihat saat air surut di Waduk Sermo, Kulonprogo, DI Yogyakarta, Selasa (16/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeluarkan status tanggap darurat bencana kekeringan karena kuota air bersih yang ada di Dinas Sosial sudah habis disalurkan kepada warga terdampak kekeringan.

Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Suhardiyana mengatakan hingga akhir Agustus 2019, kuoata distribusi air bersih sebanyak 175 tangki sudah habis. Sehingga, BPBD perlu mengeluarkan status tanggap darurat bencana kekeringan supaya dapat menggunakan pos biaya tak terduga.

Baca Juga

"Status tanggap darurat bencana kekeringan sudah ditandatangani Wakil Bupati Kulon Progo Sutedjo. Saat ini, BPBD yang akan menyalurkan air bersih kepada warga yang membutuhkan air bersih," kaya Suhardiyana di Kulon Progo, Jumat (13/9).

Penetapan status tanggap darurat diperlukan agar BPBD bisa mendapatkan gelontoran dana APBD Kabupaten dari pos biaya tak terduga (BTT). Dana tersebut digunakan untuk membiayai operasional dan segala hal terkait distribusi air bersih.

BPBD mencatat pada akhir Juli sebanyak 7.771 jiwa dari 97 dusun yang berada di 24 desa, enam kecamatan, yaitu Kecamatan Panjatan, Girimulyo, Kokap, Pengasih, Kalibawang, dan Samigaluh sudah mengajukan permintaan bantuan distribusi air bersih.

Sementara pada awal bulan ini jumlahnya naik jadi 7.846 warga di 101 dusun, 26 desa, dan enam kecamatan.

"Kondisi di lapangan kami memperkirakan jauh lebih banyak karena tidak semua dusun menyertakan jumlah warganya dalam laporan proposal bantuan. Terlebih permintaan ini juga datang dari sejumlah rumah ibadah dan sekolah," katanya.

Suhardiyana mengatakan berdasarkan perkiraan BMKG, kemarau berakhir pada November. Artinya, musim kemarau masih lama, dan banyak sumber air yang akan mengering. Akibatnya warga yang belum terjangkau saluran PDAM atau Pamsimas hanya mengandalkan sumber air itu sekarang mengalami krisis air bersih.

"Sumber air makin berkurang debitnya, sementara permintaan terus bertambah," kata dia.

Komandan Tagana Kulon Progo Miskijo mengatakan bantuan tangki air yang diperoleh Kulon Progo meliputi APBD DIY sebanyak 175 tanki dan APBN 5 tangki. Selain pemerintah, bantuan juga berdatangan dari sejumlah pihak swasta.

Sebagai upaya antisipasi krisis air kian parah, Tagana menggencarkan sosialisasi tentang pentingnya menghemat air. Sosialisasi itu selain menyasar warga, juga ke sekolah-sekolah terdampak kekeringan.

"Bantuan dari DIY dan pusat sudah tersalurkan. Tapi permintaan distribusi air bersih dari warga sangat tinggi," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement