Selasa 10 Sep 2019 12:28 WIB

10 Kecamatan di Bandung Barat Alami Kekeringan

BPBD Kabupaten Bandung Barat mendistribusikan air bersih ke kecematan yang kering.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Nur Aini
Cabai rawit yang sudah siap panen mengalami kekeringan di sebuah ladang cabai rawit, di Desa Mekarwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (11/7).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Cabai rawit yang sudah siap panen mengalami kekeringan di sebuah ladang cabai rawit, di Desa Mekarwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (11/7).

REPUBLIKA.CO.ID, NGAMPRAH -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat mengungkapkan sebanyak 10 kecamatan mengalami kekeringan akibat musim kemarau yang tengah berlangsung. Bantuan air bersih pun terus disalurkan kepada warga yang telah mengajukan bantuan penyaluran melalui tanki.

"Titik kekeringan yang dilaporkan camat ada 10 kecamatan diantaranya Cipatat, Sindangkerta, Cipongkor, Cihampelas, Padalarang, Cisarua, dan Batujajar. Tapi belum tentu mengajukan permohonan bantuan air," ujar Kepala Pelaksana BPBD Bandung Barat, Duddy Prabowo, Selasa (10/9).

Baca Juga

Sejauh ini, ia mengungkapkan pihaknya sudah mendistribusikan 22 tanki ke 8 kecamatan yang membutuhkan dan mengajukan permohonan air bersih. Menurut dia, pihaknya fokus menyalurkan air bersih kepada rumah tangga.

Menurutnya, BPBD pun telah menetapkan status siaga darurat sejak 1 Agustus hingga 31 Oktober mendatang. BPBD sudah berkoordinasi dengan berbagai lapisan untuk melakukan antisipasi kekeringan.

"Kita lakukan penyaluran air melalui quick respon atau langsung oleh BPBD maupun bekerja sama dengan ACT. Kami stand by bagi yang memerlukan bantuan air bersih," katanya. 

Dia menyebutkan telah mendistribusikan air ke wilayah Kecamatan Cisarua kurang lebih 2 tanki terakhir kali. Ia mengimbau masyarakat agar tetap berkoordinasi apabila kekeringan terjadi dan semakin meluas di wilayahnya.

Ketua RW 08, Kampung Sindangsari, Desa Pasirhalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Asep Suhendar mengungkapkan aktivitas pertanian di wilayah tersebut berjalan hanya 30 persen. Mereka yang bertani menggunakan air yang dikelola secara swadaya.

"Sekarang yang pertanian cuma 30 persen menggunakan air yang dikelola swadaya. Kalau yang nggak punya mah (air) nggak tani," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement