Selasa 10 Sep 2019 09:49 WIB

Polisi Kesulitan Telusuri Dugaan Teror Ular di Asrama Papua

Polisi memeriksa CCTV untuk membuktikan kebenaran adanya teror ular.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Nur Aini
Ular berbisa (ilustrasi)
Ular berbisa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Irjen Pol Luki Hermawan meminta anggotanya untuk menelusuri kebenaran dugaan teror pelemparan ular di asrama mahasiswa Papua Jalan Kalasan No 10 Surabaya, Senin (9/9) dini hari. Namun, diakuinya penulusuran tersebut masih menemui kendala.

Kendala utama, kata Luki, karena penghuni asrama belum memperbolehkan siapa pun masuk ke area mereka. Sehingga, sulit untuk menggali keterangan ataupun membuktikan kebenaran adanya teror ular tersebut.

Baca Juga

"Kami berusaha untuk mengonfirmasi (kejadian itu) dengan berusaha berkomunikasi dengan pihak asrama. Namun, anggota tidak diperkenankan masuk untuk mengambil barang bukti dan memeriksa saksi," kata Luki di Surabaya, Selasa (10/9).

Meski demikian, Luki mengaku, polisi mencoba cara lain dengan memeriksa CCTV di sekitaran asrama mahasiswa Papua di Surabaya. Polisi juga diakuinya terus mencari saksi mata dan menggali keterangan dari warga sekitar asrama.

"Kami berusaha melalui CCTV yang ada untuk mengkomunikasikan dengan CCTV apakah betul jam berapa, kita lakukan itu prosedur," ujar Luki.

Penghuni asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan nomor 10 Surabaya mengaku mendapat kiriman karung berisi ular, Senin (9/9) dini hari. Salah satu penghuni asrama, Yoab Orlando membenarkan adanya kiriman karung berisi ular tersebut. 

Yoab mengaku ada dua karung yang dilemparkan ke halaman asrama. Satu karung berisi ular piton. Sementara satu karung lainnya berisi tiga ular yang menurut pengakuannya, agresif dan berbisa. Yoab mengaku, telah berusaha menangkap tiga ular tersebut, meski tidak berhasil.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement