Kamis 05 Sep 2019 04:14 WIB

Waspada Konsumsi Ikan yang Terpapar Mikroplastik

Mikroplastik berupa potongan plastik yang sangat kecil dan dapat mencemari lingkungan

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com

CIREBON, AYOBANDUNG.COM--Konsumsi mikroplastik oleh penghuni laut, salah satunya ikan, dikhawatirkan memengaruhi pola konsumsi ikan masyarakat. Ikan yang mengonsumsi mikroplastik dipastikan akan membahayakan kesehatan manusia itu sendiri.

Disarikan dari wikipedia.com, mikroplastik berupa potongan plastik yang sangat kecil dan dapat mencemari lingkungan. Meski ada berbagai pendapat ihwal ukurannya, mikroplastik didefinisikan berdiameter kurang dari 5 mm.

Mikroplastik menjadi salah satu efek ikutan yang melekat pada isu sampah plastik yang memenuhi perairan dunia. Indonesia dalam hal sampah plastik disebut sebagai penyumbang terbesar kedua di dunia.

Setidaknya terdapat dua jenis mikroplastik, masing-masing mikroprimer yang diproduksi langsung untuk produk tertentu yang dipakai manusia, seperti sabun, deterjen, kosmetik, dan pakaian. Selain itu mikro sekunder dari penguraian sampah plastik di lautan.

Dari website yang sama dijelaskan, mikroplastik dapat ditelan organisme-organisme hingga akhirnya mengalami bioakumulasi pada predator puncak, termasuk manusia. Mikroplastik telah ditemukan dalam kotoran manusia, bahkan garam menjadi salah satu sumber utama masuknya mikroplastik ke dalam tubuh manusia.

Meski begitu, efek mikroplastik terhadap kesehatan saat ini masih diteliti. Hanya, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa yang juga Pelaksana Tugas Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Agung Kuswandono mengatakan, menyantap ikan atau penghuni laut yang mengonsumsi mikroplastik berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan.

Ibu hamil salah satunya, kalau dia makan ikan yang mengonsumsi mikroplastik, pertumbuhan anaknya bisa jadi bermasalah, katanya di sela Gerakan Aksi Bersih Pantai dari Sampah Plastik di Pantai Cirebon, Selasa (3/9/2019).

Gerakan itu diikuti sekitar 150 orang dari berbagai kalangan. Selain Agung, kegiatan itu dihadiri Duta Besar Republik Korea, Kim Chang Beom, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Kadarsah Suryadi, Wali Kota Cirebon, Nashrudin Azis, perwakilan lintas K/L, pemerintah kota dan kabupaten Cirebon, PT. Pelindo II Cabang Cirebon, dan KSOP Kelas II Cirebon, pelajar SMA dan MAN Kabupaten/Kota Cirebon, serta komunitas (world clean up day), dan duta lingkungan Indonesia.

Dia tak menampik, mikroplastik telah menjadi persoalan di balik problem sampah plastik yang memenuhi perairan Indonesia. Di peraran Amerika, imbuhnya, sedikitnya 60% ikan diketahui telah mengonsumsi mikroplastik.

Sementara, dia memperkirakan, 26% ikan di perairan Indonesia mengonsumsi mikroplastik. Angka ini terbuka bertambah besar.

Sekitar 26% ikan di Indonesia makan mikroplastik. Jumlahnya bisa jadi bertambah kalau nggak ada action dari kita semua, tuturnya.

Tak hanya manusia, mikroplastik pun mengancam kelangsungan hidup penghuni laut itu sendiri. Dia mengungkapkan, seluruh perairan di Indonesia telah kotor dengan sampah plastik.

Dia mengingatkan, setiap orang harus memandang perairan sebagai aset. Kondisi perairan Indonesia yang memprihatinkan, menurutnya, sudah harus ditangani lebih serius.

Semua pantai dan laut di Indonesia kotor dengan sampah plastik. Penangannya harus lebih serius, jangan lagi sekedar sambil lalu, tegasnya.

Pihaknya menantang pemerintah daerah melakukan upaya-upaya penanganan sampah plastik. Di sisi lain, dia mengklaim, pemerintah bersama akademisi berupaya mengubah sampah plastik menjadi energi hingga mengganti produk plastik yang biodegradable (biodegradasi).

Selain itu, pihaknya juga mendorong partisipasi lebih aktif dari para pelaku industri dan ditekankan untuk memiliki ipal. Dia mengakui, dibutuhkan peningkatan dalam pengawasan kepemilikan ipal oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Pemerintah bersama akademisi mengupayakan mengubah plastik konvensional dengan bahan biodegradable, bisa dari singkong atau rumput laut. Tapi, proses ini panjang karena untuk diterapkan di ranah industri tidak mudah, tak semudah di skala laboratorium, paparnya.

Dia tak menampik, kegiatan bersih-bersih sampah plastik di kawasan pesisir tidaklah cukup. Begitu juga dengan kampanye-kampanye anti plastik lainnya. Karena itu, dia menegaskan, mengubah perilaku diri dengan mengurangi penggunaan plastik sebagai upaya paling efektif.

Dalam kegiatan hari ini, sampah yang terkumpul mencapai 908,48 kilogram. Kegiatan bersih-bersih pantai itu sendiri didasari atas kerjasama antara Republik Indonesia dan Republik Korea melalui Implementing Arrangement terkait Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC) yang telah diresmikan pada 14 September 2019 di Kampus ITB Cirebon, Watubelah, Kabupaten Cirebon.

Sementara itu, Duta Besar Republik Korea Untuk Republik Indonesia, Kim Chang Beom mengatakan, gerakan itu sebagai pula kampanye untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap sampah plastik.

Cirebon merupakan kawasan yang memiliki pantai, ini menjadi alasan kami menggelar kegiatan bersih-bersih pantai di sini. Banyak sampah plastik yang menutupi laut, harus ditangani lebih baik sejak sekarang, ungkapnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement