Jumat 31 Oct 2025 07:00 WIB

Seberapa Berbahaya Mikroplastik di Hujan? Ini Kata Kemenkes

Pengurangan plastik sekali pakai harus mulai digalakkan di masyarakat.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Fitriyan Zamzami
Warga melindungi kepalanya menggunakan tas saat hujan di Jalan Sudirman di Jakarta, Senin (28/7/2025). BRIN menemukan kandungan mikroplastik dalam air hujan di Jakarta dan sekitarnya.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga melindungi kepalanya menggunakan tas saat hujan di Jalan Sudirman di Jakarta, Senin (28/7/2025). BRIN menemukan kandungan mikroplastik dalam air hujan di Jakarta dan sekitarnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu bahwa air hujan di Jakarta telah mengandung mikroplastik membuat warga ibu kota dan sekitarnya khawatir berhujan-hujan. Benarkah terpapar air hujan yang mengandung mikroplastik tersebut berbahaya?

Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan partikel plastik berukuran sangat kecil itu telah terbawa angin dan turun bersama air hujan di wilayah Jakarta. Temuan BRIN ini menunjukkan mikroplastik sudah menjadi bagian dari siklus lingkungan. Plastik yang hancur di darat atau laut bisa terangkat angin, terbawa ke atmosfer, lalu turun kembali bersama hujan.

Baca Juga

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan telah memantau mikroplastik yang ditemukan tak hanya di laut atau makanan, tapi juga di air hujan. Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, mengklaim keberadaan mikroplastik di air hujan tidak berarti air hujan berbahaya langsung bagi kesehatan. 

“Fenomena ini perlu diwaspadai, bukan ditakuti. Ini sinyal bahwa partikel plastik sudah tersebar sangat luas di sekitar kita,” ujar Aji dalam keterangannya pada Kamis (30/10/2025).  

Merujuk berbagai penelitian, Aji menyebut manusia dapat terpapar mikroplastik lewat dua jalur utama — melalui makanan dan minuman (seperti garam, seafood, dan air minum dalam kemasan) serta melalui udara, karena serat sintetis dari pakaian atau debu perkotaan dapat terhirup.

Mikroplastik yang ditemukan dalam jaringan ikan itu sebagian besar berwarna hitam dan biru serta menimbulkan risiko karsinogenik.

Beberapa studi menunjukkan paparan jangka panjang dalam jumlah besar dapat berpotensi memicu peradangan jaringan tubuh. Bahan kimia seperti bisphenol A (BPA) dan phthalates yang menempel di mikroplastik juga dapat mengganggu sistem hormon, reproduksi, dan perkembangan janin.

Walau demikian, Aji menyebut para ahli menegaskan hingga kini belum ada bukti ilmiah kuat bahwa mikroplastik secara langsung menyebabkan penyakit tertentu. "Tingkat paparannya pada populasi umum masih rendah dan terus menjadi fokus penelitian," ujar Aji. 

Sebagai langkah pencegahan, Aji mengimbau masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menjaga kebersihan rumah, serta tidak membakar sampah plastik.

“Gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama saat udara kering atau setelah hujan. Ini bukan karena air hujannya, tapi untuk mengurangi paparan debu dan polusi yang mungkin mengandung mikroplastik,” ujar Aji.

photo
Pengendara melintas di Jalan Sudirman saat hujan di Jakarta, Senin (28/7/2025). - (Republika/Thoudy Badai)

Selain itu, Aji menyarankan masyarakat membawa botol minum isi ulang, menggunakan tas belanja nonplastik, serta ikut memilah sampah.  "Langkah kecil ini penting untuk menekan jumlah plastik di lingkungan dan mencegah terbentuknya lebih banyak mikroplastik di masa depan," ujar Aji. 

Mikroplastik dikenal sebagai partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter hingga satu mikrometer. Karena ukurannya yang sangat kecil dan sulit terurai, partikel ini bisa bertahan lama di lingkungan serta berpindah dari udara ke tanah, hingga ke air.

Secara umum, mikroplastik terbagi dua jenis. Pertama, mikroplastik primer, yakni partikel yang sejak awal berukuran kecil seperti microbeads dalam produk kosmetik dan pembersih. Kedua, mikroplastik sekunder yang berasal dari pecahan plastik berukuran besar seperti kantong plastik, botol minum, atau jaring nelayan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement