Selasa 03 Sep 2019 18:10 WIB

Siswa Baru Sekadar Membaca, Belum Memahami Arti Bacaan

Siswa di Indonesia disebut belum memiliki kemampuan membaca yang baik.

Sejumlah siswa membaca buku di kereta perpustakaan (Rail Library) di Stasiun Tarik, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (18/7/2019).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Sejumlah siswa membaca buku di kereta perpustakaan (Rail Library) di Stasiun Tarik, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (18/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati pendidikan Indra Charismiadji mengatakan bahwa siswa Indonesia baru sekedar bisa membaca. Ia mendapati, siswa Indonesia masih kesulitan dalam memahami arti dari suatu bacaan.

Pernyataan Indra tersebut didasari dari hasil penilaian yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), yakni "Indonesian National Assesment Programme". Penelitian itu mengungkap hanya 6,06 persen siswa di Tanah Air yang memiliki kemampuan membaca yang baik.

"Sisanya yakni 47,11 persen cukup dan 46,83 persen lagi memiliki kemampuan membaca yang kurang," ujar Indra di Jakarta, Selasa.

Indra menjelaskan, kemampuan baca yang baik tersebut didapat dari hasil latihan dalam jangka waktu yang lama. Misalnya, saat TK, anak tidak diajarkan membaca, menulis dan berhitung (calistung), melainkan lebih banyak mendengarkan cerita. Berikutnya, saat usia SD, anak mulai membaca secara bertahap.

Menurut dia, minat baca siswa masih rendah tercermin dari sulitnya siswa memahami bacaan. Siswa kesulitan dalam memahami soal-soal cerita. Oleh karena itu, dia meminta agar informasi yang diberikan benar-benar sesuai dengan kondisi riil di lapangan.

"Berdasarkan data dari Central Connecticut State University, kemampuan literasi siswa kita peringkat 60 dari 61 negara, sedangkan untuk proyek literasi peringkat 15 dari 61 negara," ungkap dia.

Meski banyak terdapat sarana prasarana yang disediakan untuk siswa dan masyarakat, minat baca tak serta-merta menjadi meningkat. Kompetensi di bidang literasi masih juga kurang.

Pegiat pendidikan lainnya, Ahmad Rizali, meminta agar sekolah menanamkan kebiasaan membaca pada siswa. Program Kemendikbud yakni 15 menit membaca sebelum belajar juga dinilai efektif dalam meningkatkan minat baca.

"Pemerintah sebaiknya fokus pada peningkatan minat baca untuk siswa SD, karena merupakan landasan bagi pendidikan selanjutnya. Perlu dipikirkan apa program lainnya untuk meningkatkan minat baca siswa ini," kata Ahmad.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement