Selasa 03 Sep 2019 12:00 WIB

Dites Urine, Sopir Truk Kecelakaan Cipularang Masih Shock

Hasil tes urine sopir dump truck berinisial SB negatif narkoba.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Andri Saubani
Satuan Narkoba Polres Purwakarta, melakukan tes urin terhadap sopir dump truck berinisial SB, yang terlibat dalam kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, Selasa (3/9).
Foto: dok. Humas Polres Purwakarta
Satuan Narkoba Polres Purwakarta, melakukan tes urin terhadap sopir dump truck berinisial SB, yang terlibat dalam kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, Selasa (3/9).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Jajaran Polres Purwakarta, melakukan tes urine terhadap pengemudi mobil dump truck yang terlibat kecelakaan beruntun di Tol Cipularang KM 91+200, pada Senin siang kemarin. Salah satunya, sopir berinisial SB (40 tahun). Saat tes urine itu, sopir tersebut terlihat masih shock.

Kapolres Purwakarta AKBP Matrius, mengatakan, petugas dari Satuan Narkoba sedang melakukan pemeriksaan urin terhadap pengemudi dump truck. Pemeriksaan tersebut, merupakan standar operasional untuk mengatahui apakah sopir terpengaruh narkoba atau tidak.

Baca Juga

"Jika terpengaruh narkoba atau alkohol pasti tidak konsentrasi. Apakah itu termasuk penyebabnya. Makanya kita cek terlebih dulu," ujar Matrius, Selasa (3/9).

Petugas yang melakukan tes urine ini, yakni Bripka Asep Harman dan Bripka Firmansyah yang dipimpin langsung Kaur Bin Ops (KBO) Iptu Rudianto. Untuk hasilnya, lanjut Matrius, pengendara tersebut negatif menggunakan narkoba.

"Hasil tes urien menyatakan kalau pengemudi mobil dump truck berinisial SB negatif pengguna narkoba atau minuman beralkohol," jelasnya.

Aparat kepolisian dan petugas terkait, pada hari ini melanjutkan olah tempat kejadian perkara di lokasi kecelakaan beruntun yang mengakibatkan delapan korban meninggal dunia. Olah TKP, berlangsung selama dua jam.

Kepala Unit Kecelakaan Lalulintas Direktorat Lalulintas Polda Jawa Barat, AKP Umar Setiawan, mengatakan, hari kedua pascakecelakaan beruntun, dilanjutkan olah TKP.  Selama olah TKP ini, arus kendaraan dari arah Bandung menuju Jakarta menggunakan jalur arah sebaliknya atau contraflow.

"Selama olah TKP, kita menggunakan teknologi traffic accident analysis (TAA)," ujarnya, Selasa (3/9).

Proses olah TKP ini, lanjutnya, petugas memulai dengan menandai lokasi jalan yang akan dipindai dengan alat bernama 3D laser scanner. Lokasi tersebut, diberi tanda angka 1-25 dengan jarak 25 meter dari satu titik ke titik lainnya.

Tujuannya, untuk mengukur panjang TKP (kecelakaan). Panjang, lokasi kecelakaan ini sekitar 500 meter. Selanjutnya, tim gabungan ini, menempatkan alat pemindai secara bergiliran di setiap titik yang telah ditandai dengan cat semprot. Tahapan tersebut, untuk memindai lokasi kecelakaan menjadi data digital.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement