Selasa 03 Sep 2019 09:11 WIB

Keluarga Gus Dur Dinilai Masih Miliki Pengaruh untuk Papua

Keluarga Gus Dur bisa datang ke Papua untuk ikut bantu selesaikan konflik di Papua.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Andri Saubani
Puteri mantan presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Yenny Wahid (kiri) bersama sejumlah mahasiswa asal Papua menyanyikan lagu Indonesia Raya saat ziarah ke makam Gus Dur di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Rabu (21/8/2019).
Foto: Antara/Syaiful Arif
Puteri mantan presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Yenny Wahid (kiri) bersama sejumlah mahasiswa asal Papua menyanyikan lagu Indonesia Raya saat ziarah ke makam Gus Dur di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Rabu (21/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Jaringan Damai Papua, Adriana Elisabeth mengatakan, sosok Presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid masih sangat berpengaruh untuk masyarakat Papua. Menurutnya, orang-orang Papua masih menghormati sosok yang akrab disapa Gus Dur itu.

"Ini kan konflik panjang, itu bisa kemudian meminta keluarganya Gus Dur, bagaimana pun sosok Presiden Abdurrahman Wahid kan dihormati di sana ya, berbeda lah konteksnya dengan waktu itu, dan sampai sekarang masih sangat di-respect, dihormati," ujar Adriana saat dihubungi Republika, Senin (2/9) malam.

Baca Juga

Sehingga, kata Adriana, siapa pun anggota keluarga Gus Dur dianggap dapat menyelesaikan konflik. Kendati tak dapat mencegah demonstrasi tetapi pendekatan melalui budaya penting untuk menyelesaikan persoalan jangka panjang di Papua.

Ia mengatakan, keluarga Gus Dur sangat dihormati oleh masyarakat Papua. Keluarga Gus Dur bisa datang ke Papua menemui perwakilan masyarakat untuk menyelesaikan persoalan di sana.

"Yang lebih dominan misalnya Mba Yenny Wahid, ya siapa saja jadi memang orang Papua sangat hormat dengan sosok-sosok tertentu. Bisa mereka datang ikut membantu untuk selanjutnya ya baik menurut saya," kata Adriana.

Di sisi lain, menurutnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak perlu datang ke Papua yang hanya dinilai sebagai langkah seremonial. Sebab, permasalahan di Papua harus diselesaikan dari akarnya, sebaiknya pemerintah menggunakan cara lain.

Misalnya saja, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dapat memerintahkan kepala daerah untuk tidak keluar dari wilayahnya. Para kepala daerah itu harus bertanggung jawab menjaga keamanan di Papua dan Papua Barat.

"Itu harus begitu kepala daerah harus bertanggung jawab terhadap pengamanan wilayahnya, masa masyarakatnya kebingungan pemimpinnya enggak ada. Lebih baik itu yang ditegaskan untuk benar-benar berfungsi," jelas Adriana.

Di sisi lain pun, lanjut dia, pemerintah telah mengirimkan aparat kemanan. Ia meminta agar aparat tidak represif. Pemerintah harus memastikan tidak ada provokasi yang menyulut masyarakat Papua untuk demontrasi menyusul perusakan beberapa bangunan.

Putri mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid, Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang akrab disapa Yenny Wahid, pernah mengingatkan kembali kedekatan Gus Dur dengan warga Papua. Sehingga, ia berharap berbagai macam kesalahpahaman terkait dengan insiden di Surabaya dan Malang bisa disudahi.

"Kami datang ke sini dari berbagai suku, latar belakang agama, berziarah ke makam Gus Dur. Salah satunya saya sengaja mengajak teman-teman mahasiswa Papua di Jawa Timur," kata Yenny saat ziarah di makam Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (21/8).

Pada saat menjabat presiden, adalah Gus Dur yang "mengembalikan" nama Papua kepada wilayah yang sebelumnya dinamakan Irian Jaya. Menurut Yenny Wahid, "Jal ini juga memberikan pesan kepada seluruh warga terutama khususnya warga Papua di tanah Papua, bahwa kami ingin ingatkan tanah Jawa ini ada tokoh yang dekat dengan Papua, yakni Gus Dur."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement