Ritual rutin tahunan itu digelar mulai pukul 09.00 WIB. Sejak malam hari, pengunjung dari berbagai kota hingga luar jawa sudah tiba untuk berziarah sekaligus mengikuti ritual larap slambu yang dihelat tiap tanggal satu suro.
Tepat sekitar pukul 10.00 WIB, slambu penutup makam Pangeran Samudra dicuci dengan air suci yang diambil dari sendang sekitar Kemukus.
Selesai dicuci, air bilasan slambu kemudian diperebutkan oleh pengunjung. Besar kecil tua muda membaur berdesak-desakan untuk mendapatkan air bilasan yang berada dalam drum.
Tujuh drum air bilasan slambu ludes kurang dari 15 menit. Bahkan, karena tak kebagian, sebagian rela mengais air yang tertumpah di tanah.
Ada yang menggunakannya untuk membasuh muka, mengguyur badan, diminum hingga ditaruh ke botol untuk dibawa pulang.
“Saya dapat satu botol. Tadi sempat basuh muka juga. Katanya sih biar awet muda. Rejeki bisa lancar. Ya ikut saja,” ujar Antok, salah satu pengunjung asal Jawa Barat.
Ia mengaku sudah dua kali datang ke Kemukus pada saat ritual larap slambu. Ia tahu dari informasi berita dan diajak teman usahanya.
“Kami datang sendiri Mas. Nginap semalam nanti habis ritual pulang. Soal kelancaran rejeki, itu tergantung keyakinan,” ujar H Welly, pengusaha asal Lamongan, Jatim.
Penanggung jawab Obyek Wisata Gunung Kemukus, Marcellus Suparno mengatakan hingga siang, jumlah pengunjung sudah mencapai 2.000 lebih.
Diperkirakan sampai malam, pengunjung bisa mencapai 3.000 orang. Selain pengunjung lokal, sebagian besar juga pengunjung luar kota yang datang dari berbagai daerah seperti Jepara, Kudus, Pati, Jatom, Jawa Barat.
“Ada juga yang datang dari Kalimantan dan Sumatera,” tukasnya.
Perihal ritual larap slambu mengandung filosofi sebagai wujud syukur dan menyucikan diri dengan air yang didapat dari sumber kehidupan. “Ada yang meyakini membawa berkah, kalau itu soal keyakinan masing-masing,” tuturnya.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sragen, Yuseph Wahyudi, juga mengatakan pencucian slambu itu sebenarnya bermakna untuk membersihkan diri, menyegarkan diri. Ketika kemudian berkembang ada yang meyakini merubah kehidupan, kelancaran usaha, hal itu keyakinan pribadi masing-masing.
The post appeared first on Joglosemar News.