Rabu 28 Aug 2019 11:37 WIB

Tentang Ibu Kota Baru dan Dunia Dilipat: Jangan Kangen Ya?

Entah apa yang dibayangkan generasi mileneal tentang Indonesia hari ini.

Dana Liburan
Foto: Republika
Dana Liburan

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Hari ini ada dua teman kerja di kantor hendak berangkat liburan. Mereka masih sangat muda atau milenial, lagi menikmati gajinya. Dia bilang, Pak Liburan dulu ya?

"Oke", jawabku. Lalu saya tanya: Liburan ke mana?

"Korea dong Pak.''

Lho kenapa gak ke Bali saja.

Mereka jawab: "Ogah. tiketnya mahal. Dan kata temanku yang sudah ke sana, harga-harga makanan di Korea relatif murah. Siapa tahu juga bisa ketemu bingtang film korea. Kita bisa selfi nanti!'' sahut mereka yang memang senang sekali sama berbagai hal berbagai Korea.

''Lha kenapa gak ke Kalimantan Timur saja, kan di sana adem gak kayak  jakarta'', tanya saya lagi.

''Ogah Pak. Tiketnya juga mahal. Banyak asep lagi dan nggak ada hiburan. Masa mau lihat pohon sawit dan area tambang. Panas. Dari pada ke Kaltim lebih baik ke Thailand, Singapur, Vietnam, atau Jepang. Tiketnya murah kok,'' jawabnya.

"Lho kamu gak cinta negara ini lagi?"

''Cinta itu sama orang tua. Sama ibu. Lha sekarang ibunya malah disuruh pindah ke ibu tiri yang lain.""

''Iya memang sih. Jakarta itu lebih kejam dari ibu tiri ya?.''

''Lha bapak sudah tahu. Tapi kok nanya terus. Sudah ya Pak pamit dulu. Nanti kita oleh-olehi coklat atau gantungan kunci,'' tukas mereka berganti-ganti sembari tertawa-tawa.

Saya juga ikut tertawa ngakak. Generasi muda seperti mereka ternyata sudah ogah ke Bali, Aceh, Sumatra Barat, sekarang. Pikirin mereka sudah dunia. Gak kebayang lagi apa itu nasionalisme model lama.Tak hanya mereka, anak saya pun sudah bersikap sama. Di situlah saya merasa bagi pencinta NKRI harga mati akan pingsan bila mendengarnya. Bumi sudah dilipat.

Dan melihat saya terbengong sejenak, mereka kemudian menimpali.''Sudah Pak jangan sedih. Saya pergi dulu ke bandara. Jangan kangen ya?"

Sampai di situ saya spontan ngakak lagi. Generasi ini memang sudah beda. Cerita perang kemerdekaan dan lagu-lagu perjuangan sudah amblas dari benaknya.

''Sudah sana pergi. Tapi jangan sampai malah jadi ibu tiri ya,'' sahut saya. Kedua anak muda yang kebetulan perempuan itu tertawa ngakak.

''Tapi kalau nanti dapat gebetan kayak raja Thailand yang punya isteri baru, kita mau juga kok Pak?. Yang penting syah di nikah.'' Saya makin geleng-geleng kepala. Di situ saya merasa sangat tua.

''Oh NKRI apa kabarmu? Apa kamu lagi sibuk mencari ibu tiri baru?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement