Rabu 28 Aug 2019 11:02 WIB

Kapolri: Pengiriman Pasukan ke Nduga karena Ada Pembantaian

Ada yang mengusulkan agar pemerintah tarik pasukan di Nduga.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian (tengah) berjalan memasuki Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur, Surabaya, Jawa Timur, Senin (19/8/2019).
Foto: Antara/Didik Suhartono
Kapolri Jenderal Tito Karnavian (tengah) berjalan memasuki Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur, Surabaya, Jawa Timur, Senin (19/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Pol Tito Karnavian mengakui, pengiriman pasukan ke Nduga, Papua, karena adanya aksi pembantaian karyawan PT Istaka. Aparat perlu menjaga stabiltas keamanan di wilayah tersebut. 

“Faktor itulah yang menyebabkan pasukan dikirim ke Nduga,” kata Jenderal Pol Tito Karnavian seusai pertemuan dengan tokoh agama dan masyarakat di Jayapura, Selasa malam.

Baca Juga

Ia mengatakan, sebelum terjadi pembantaian karyawan PT Istaka ada beberapa kejadian yang dilakukan kelompok Egianus Kogoya, tapi pihaknya tidak mengirim pasukan. Namun, kali ini, terjadi pembantaian, sehingga pengiriman pasukan dilakukan untuk mengamankan wilayah tersebut.

Selain untuk mengamankan, pasukan yang ada juga untuk penegakan hukum terhadap kelompok tersebut. 

Tito Karnavian mengakui dalam pertemuan dengan tokoh Papua juga ada yang menyampaikan permintaan penarikan pasukan, tapi pihaknya menyatakan aparat masih dibutuhkan untuk mengamankan kawasan tersebut.

Bila ada tokoh yang kredibel yang bisa menjamin keamanan di wilayah itu khususnya tidak ada lagi gangguan dari kelompok Egianus Kogoya maka penarikan pasukan bisa dipertimbangkan.

“Namun, hingga kini tidak ada tokoh kredibel yang bisa menjamin keamanan di wilayah tersebut," kata Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.

Dalam kunjungan kerjanya ke Papua, Kapolri dan Panglima TNI membawa tiga mantan petinggi, yaitu dua mantan kapolda yakni Irjen Pol Paulus Waterpauw dan Irjen Pol Martuani Sormin serta Mayjen TNI George Supit, mantan pangdam XVII Cenderawasih.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement