Ahad 25 Aug 2019 19:46 WIB

Ini Penjelasan BMKG Terkait Rentetan Gempa di Bogor

Gempa sudah terjadi 81 kali di Bogor sejak 10 Agustus hingga 24 Agustus

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com

BOGOR, AYOBANDUNG.COM -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberi analisis soal rentetan gempa di Kecamatan Nanggung yang berada di sebelah barat daya Gunung Salak, Kabupaten Bogor. Gempa diketahui sudah terjadi 81 kali di wilayah itu sejak 10 Agustus hingga 24 Agustus 2019.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, meningkatnya aktivitas gempa ini layak disebut sebagai swarm. Gempa yang terjadi sangat banyak tetapi tidak ada yang magnitudo yang sangat menonjol. 

“Selain itu rata-rata magnitudo gempanya relatif kecil, kurang dari M 4,0. Klaster sebaran pusat gempa sangat lokal terkosentrasi di barat daya Gunung Salak,” kata Daryono dalam keterangan resminya, Minggu (25/8/2019). 

Dari sekian banyak gempa tersebut, 8 gempa di antaranya dirasakan warga. Pada 19 Agustus dirasakan 2 kali, pada 21 Agustus 2019 dirasakan 3 kali, pada 23 Agustus dirasakan 2 kali, dan pada 24 Agustus 2019 pagi dini baru dirasakan sekali pukul 00.52.39 WIB yang berkekuatan magnitudo 2,7. 

Guncangan tersebut dilaporkan dirasakan di wilayah Kecamatan Nanggung dan sekitarnya dalam skala intensitas II-III MMI. Benda-benda ringan yang digantung bergoyang bahkan terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.

“Salah satu kejadian swarms berkekuatan M 4,0. Ini adalah yang terbesar, terjadi pada Jumat 23 Agustus 2019 pukul 11.10.59 WIB. Gempa ini menyebabkan beberapa rumah warga rusak, seperti atap/genting rumah berjatuhan, retakan dinding tembok, dan plester dinding tembok terlepas,” ujar Daryono. 

“Puluhan rumah yang terdampak gempa ini tersebar di 5 kampung yang masing-masing berada di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,” lanjutnya. 

Meski demikian, hingga kini belum ada referensi struktur sesar aktif yang diduga menjadi pembangkit gempa ini. Kajian Pepen Supendi dari BMKG (2018), sudah mengungkap adanya klaster gempa di barat daya Gunung Salak ini. Di wilayah ini pernah terjadi 9 kali gempa selama periode 2011-2015 dengan magnitudo M 2,0 - M 4,6.

Peta Seismisitas Jawa Barat dan Banten periode 1990 - 2000 juga tampak adanya klaster gempa yang mencolok di barat daya Gunung Salak. 

“Ini artinya aktivitas gempa Klaster Bogor sudah terjadi sejak dulu dan merupakan cerminan berlangsungnya proses pelepasan tegangan pada batuan kulit Bumi yang rapuh (brittle) di daerah tersebut,” kata Daryono. 

Dalam beberapa kasus swarm juga dapat terjadi di kawasan gunung api. Swarm dapat terjadi saat batuan mengalami akumulasi tegangan berkaitan aktivitas pergerakan dan tekanan magma. 

“Untuk menjawab apakah fenomena swarm Bogor ini berkaitan dengan aktivitas sesar (tektonik) atau vulkanisme, tampaknya masih masih perlu dilakukan kajian yang mendalam,” ujarnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement