Sabtu 24 Aug 2019 07:30 WIB

Polwan yang Beri Minuman Keras ke Mahasiswa Papua Dicopot

Ini pertama kali aparat memberikan minuman beralkohol kepada mahasiswa Papua.

Massa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Papua Sejawa-Bali melakukan aksi unjukrasa damai di Depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Senin (19/8/2019).
Foto: Antara/Novrian Arbi
Massa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Papua Sejawa-Bali melakukan aksi unjukrasa damai di Depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Senin (19/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi Wanita (Polwan) yang memberikan dua lusin minuman keras kepada mahasiswa Papua di Bandung, Jawa Barat (Jabar), Komisaris Sarce Christiati telah dicopot dari jabatannya. Hal itu disampaikan Kepala Bagian Penerangan Umum Humas Mabes Polri Kombes Asep Adi Saputra pada Jumat (23/8).

Menurut Asep, pencopotan jabatan itu setelah dilakukan pemeriksaan internal oleh Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Jabar. Yang bersangkutan sudah dilakukan pemeriksaan oleh Propam Polda Jabar. Dan, saat ini juga sudah dinonaktifkan jabatannya, kata Asep di Mabes Polri Jakarta Selatan. Diketahui, Komisaris Sarce berdinas di Polsek Sukajadi, Bandung.

Pada Kamis (22/8), Ikatan Mahasisiwa se-Tanah Papua (Imespa) bersama kelompok Solidaritas Peduli Kemanusiaan menggelar aksi damai di Gedung Sate, Bandung, Jabar. Aksi tersebut untuk memprotes perilaku rasialisme yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya, Malang, dan Semarang. Saat aksi, sokongan konsumsi berdatangan.

Koordinator komsumsi aksi, Miles mengaku diberi oleh polwan tersebut dan seorang rekannya dua dus mi instan, beras, dan dua dus miras. Awalnya, Miles tidak mengetahui isi dua dus minuman itu miras. Namun, setelah diperiksa, dua dus minum an itu ternyata berisi miras dengan kandungan 19 persen alkohol.

Juru Bicara Mahasiswa Papua Kota Bandung Tamelek Kosay mengatakan, pihaknya tidak terima karena merasa dianggap sebagai pemabuk dengan pengiriman dua kardus minol tersebut. Pihaknya pun menuntut oknum polisi itu dicopot dari jabatannya.

"Karena tindakan ini sangat tidak manusiawi buat kami, menganggap kami orang Papua peminum. Maka, segera harus dicabut ibu (polisi) dari jabatannya," kata Tamelek ditemui di Asrama Papua di Cilaki, Bandung, Jumat (23/8).

Ia mengatakan, polisi sudah merendahkan para mahasiswa Papua. Apalagi, di tengah isu rasisme Papua yang masih hangat saat ini. Padahal, saat aksi, kata dia, mahasiswa hanya ingin menyampaikan aspirasinya atas kejadian beberapa waktu lalu di Surabaya, Malang, juga Makassar.

Menurut dia, saat memberikan minuman itu, Kompol Sarce mengatakan agar mahasiswa tidak memberi tahu siapa-siapa. "Minum ini setelah adik-adik pulang aksi buat minum sebelum tidur," kata Tamelek menirukan kata Sarce.

Minol dibawa ke tempat aksi di depan Gedung Sate. Saat melihat Kompol Sarce di lokasi, para mahasiswa langsung mengembalikan minum an itu. "Setidaknya ibu sebagai keamanan aparat negara harusnya mengayomi kami, tapi ibu buat kami begini, kami sebagai mahasiswa tidak terima," kata dia.

Menurut dia, kejadian seperti ini adalah yang pertama kali di mana aparat memberikan minuman ber alkohol kepada mahasiswa Papua. Ia menegaskan, minum minol bukan budaya mahasiswa Papua. Pihaknya sangat tersinggung dengan kejadian tersebut dan meminta hukuman bagi polisi itu.

Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko juga mengonfirmasi Polda Jabar sudah mengambil tindakan atas peristiwa itu. "Yang bersangkutan sudah menjadi ter pe riksa,"kata Trunoyudo. (zuli istiqomah/bambang noroyono/arif satrio nugroho ed: ilham tirta)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement