REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Museum Tsunami Aceh mencatat lebih dari 350 ribu orang telah menyambangi museum tersebut hingga Juli 2019. Jumlah kunjungan wisatawan diprediksi akan terus bertambah hingga akhir tahun.
“Angka pengunjung selalu naik hampir setiap tahunnya,” kata Kepala Museum Tsunami Aceh, Hafnidar di Banda Aceh, Rabu.
Hafnidar menjelaskan, biasanya pengunjung paling banyak mengunjungi Museum Tsunami saat hari libur sekolah. Momen libur akhir tahun, libur nasional, serta perayaan Lebaran juga kerap dimanfaatkan warga lokal untuk berkunjung ke Museum Tsunami.
Tsunami illustrated in the Tsunami Museum, Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam.
“Pengunjung lokal Aceh tinggi, sedangkan dari luar negeri, wisatawan Malaysia yang tinggi, kemudian Jepang, Cina, dan Prancis. Belanda juga ada tapi tidak tinggi,” kata Hafnidar.
Museum Tsunami Aceh buka setiap hari. Hafnidar mengatakan, museum nyaris tidak pernah tutup demi memenuhi keinginan wisatawan. Sepanjang 2018, 740 ribu orang datang berkunjung.
Wisatawan berada di lokasi wisata sejarah Museum Tsunami, Banda Aceh.
“Setiap hari kami buka, libur nasional juga buka, hanya pada hari lebaran pertama saja tutup. Jadi kami memang ingin memberikan pelayanan yang maksimal,” katanya.
Museum Tsunami Aceh dibangun pada 2007 dengan tujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang kebencanaan serta tempat mitigasi bencana. Museum ini juga dapat digunakan anak-anak muda membuat kegiatan apapun yang positif.
“Museum ini untuk edukasi, ke depan harapannya museum ini benar-benar bisa dimanfaatkan untuk tempat pembelajaran khususnya tentang kebencanaan, bagi generasi muda juga dapat beraktivitas apapun yang positif di sini,” katanya.