Rabu 21 Aug 2019 08:09 WIB

Bappenas: Jakarta Sudah tidak Ideal Jadi Ibu Kota Indonesia

Jakarta sudah menjadi kota terpadat ke sembilan di dunia.

Rep: Novita Intan/ Red: Andri Saubani
Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut kota Jakarta sudah tidak ideal menjadi ibu kota Indonesia. Penyebabnya, Jakarta sudah menjadi kota terpadat ke sembilan di dunia.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan, kepadatan tersebut berimbas ke kemacetan jalan raya di Jakarta yang terjadi setiap hari.  "Saya sendiri lahir dan besar di Jakarta, kecuali saat saya melanjutkan studi. Tetapi fakta menunjukkan Jakarta adalah kota yang sangat padat, kota kesembilan terpadat di dunia," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (21/8).

Baca Juga

Bambang mengilustrasikan masyarakat telah membuang waktu di jalanan yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk berkumpul bersama kerabat dan keluarga.  "Kalau dua jam di angkutan umum, saya bisa apa dalam dua jam? Itu opportunity yang hilang karena terjebak kemacetan. Bagi yang masih senang bertemu ayah, ibu, kakak, adik, (momentum) bisa hilang," ucapnya.

Maka itu, kata Bambang, jika dikalkulasikan selama sebulan, maka terhitung belasan jam terbuang percuma. Hal ini tidak bagus untuk ketahanan keluarga di Indonesia.

"Jadi kemacetan itu bukan sesuatu yang kita terima pasrahkan, tapi kita perlu atasi," ucapnya.

Tak hanya kemacetan, saat ini berdasarkan kajian Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta sudah selalu menghadapi berbagai komplikasi isu. Mulai dari rawan bencana banjir hingga polusi udara.

"Saya sepuluh hari lalu ke Papua. Di Jayapura dan Nabire, saya tengok ke atas, langitnya biru dan sangat bersih. Di Jakarta, kita tengok ke atas dan lama lagi, tidak dapat tuh blue sky-nya. Kalau statusnya, malah ada haze (kabut). Kabut yang bukan alami, tetapi karena polusi udara,” ucapnya.

Bahkan, menurutnya, polusi di Jakarta tidak hanya terjadi pada udara dan air. Semisal Sungai Ciliwung sudah tercemar bahan kimia, buangan manusia, juga sampah sehingga tidak bisa menjadi sumber air bersih bagi Jakarta.

"Pemindahan ibu kota baru akan mengurangi beban Jakarta yang saat ini sudah krisis air bersih," ucapnya.

Bambang menambahkan pentingnya pemindahan calon ibu kota baru sebagai simbol representasi bangsa. Nantinya calon Ibu kota baru mengakomodasi semua wilayah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia-sentris, mendorong pemerataan pembangunan dan memacu pertumbuhan ekonomi.

"Nah, peran anak muda penting untuk pemindahan ibu kota baru karena setelah ibu kota pindah, anak muda yang akan memimpin Indonesia di ibu kota baru,” ucapnya.

Ibu kota baru di Kalimantan akan mengusung konsep forest city untuk menurunkan suhu kota. Transportasi publik akan menjadi andalan calon ibu kota baru, dimulai dari trem, LRT, bus, dan angkutan lainnya untuk menghindari potensi polusi dan kemacetan.

"Jakarta akan menjadi pusat keuangan, bisnis, perdagangan, dan jasa seperti New York, sementara ibu kota baru akan menjadi pusat pemerintahan seperti Washington DC. Jakarta tetap membawa ekonomi Indonesia lebih maju, akan menjadi pesaing Singapura,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement