REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Lingkungan Pondok Pesantren Khoirul Hikmah, di Dusun Babakan RT 10/05, Desa Kiarapayung, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, digegerkan dengan kasus dugaan gantung diri salah satu santrinya. Santri yang juga pelajar SMK, yakni WN (18 tahun) ditemukan tewas tergantung di kamar pondoknya dengan menggunakan kain serban berwarna hijau.
Kapolsek Klari Kompol Relisman Nasution mengatakan, pihaknya menerima laporan adanya seorang santri yang tewas dengan cara gantung diri. Kronologisnya, sekitar pukul 04.15 WIB, salah seorang santri yang kebagian piket untuk membangunkan teman sepondoknya, yakni Muhammad Maruf Karhi (18 tahun), berkeliling kamar di asrama santri putra.
"Setibanya, di kamar korban WN, saksi Karhi mengetuk pintu kamar berulang kali. Namun, tak kunjung ada jawaban dari korban," ujar Relisman, kepada Republika.co.id, Selasa (20/8).
Karena itu, Karhi berupaya membuka pintu kamar korban. Namun, terkunci dari dalam. Kemudian, saksi ini masuk ke kamar korban, dengan cara memanjat tembok melalui kamar sebelahnya.
Alangkah kagetnya, saat saksi mendapati rekannya ini sudah tergantung di rak buku, yang dipasang di tembok dinding. Kemudian, Karhi berupaya meminta pertolongan teman yang lainnya. Lalu, datang saksi kedua yakni Imron Rosada (18 tahun). Kedua santri ini kemudian menurunkan korban yang saat itu kondisinya sudah tak bernyawa.
Korban, yang menggunakan seragam SMK lengkap dengan sepatunya ini, kemudian dibaringkan oleh kedua saksi di lantai kamar. Keduanya melaporkan kejadian itu ke pimpinan ponpes Asep Saepudin.
Relisman mengaku, pihaknya bersama tim identifikasi dari Polres Karawang kemudian melakukan sejumlah tindakan. Seperti, mengamankan TKP, mendata saksi-saksi dan membuat laporan.
Korban yang merupakan warga Dusun Ragog Kampung Baru RT 08/03, Desa Kutanegara, Kecamatan Ciampel ini diserahkan kepada orang tuanya. Dugaan sementara, korban meninggal akibat gantung diri. "Akan tetapi, kita masih melakukan penyelidikan lainnya yang menjadi penyebab korban meninggal dunia ini," ujar Relisman.
Sementara itu, Rastim (39 tahun) ayah kandung korban, mengaku, pihak keluarga menolak jasad WN untuk diotopsi. Bahkan, keluarga menganggap kejadian ini sebagai musibah. Sehingga, kasusnya tidak perlu dilanjutkan secara hukum.
"Kami, sudah ikhlas dengan adanya kejadian ini. Karena ini, musibah. Jadi, kami ingin memulasara jenazah anak kami sendiri, tanpa perlu diotopsi," ujarnya dengan nada sedih.