Selasa 20 Aug 2019 11:56 WIB

Presiden Panggil Lenis Kogoya Bahas Kericuhan di Papua

Presiden menekankan agar masyarakat Papua lebih mengutamakan sikap memaafkan

Rep: Dessy Suciati Saputri / Red: Andi Nur Aminah
Kondisi bangunan yang terbakar pascakericuhan di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/02/2019).
Foto: ANTARA FOTO
Kondisi bangunan yang terbakar pascakericuhan di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/02/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil Staf Khusus Presiden untuk Papua, Lenis Kogoya, ke Istana Presiden, Jakarta, Selasa (20/8) pagi ini. Menurut Lenis, Presiden menekankan agar masyarakat Papua lebih mengutamakan sikap memaafkan daripada meluapkan emosinya.

 

Baca Juga

“Pada intinya, Pak Presiden menyampaikan seperti yang disampaikan statement bahwa kita harus saling memaafkan. Gimana caranya, kita harus bersama membangun masa depan Indonesia lebih baik,” ujar Lenis usai bertemu Jokowi di Istana.

 

Kepada Presiden, Lenis juga menyampaikan upaya dan strategi yang akan dilakukan untuk menangani masalah kericuhan di Papua. Kendati demikian, ia enggan menjelaskan strategi apa yang telah disiapkan. Lenis memastikan akan memanggil sejumlah pihak di kantornya membahas masalah ini.

 

Ia juga meyakini kericuhan yang terjadi disebabkan oleh ulah oknum tertentu. Karena itu, Lenis meminta agar kepolisian segera menindak tegas oknum dan juga provokator tersebut.

 “Saya minta kepolisian, setiap asrama diminta agar dijaga. Ormas manapun yang menganggu, provokatornya harus ditangkap. Siapa pun dia,” ungkapnya.

Menurutnya, masalah yang bermula di Surabaya tersebut sudah meluas. Karena itu, ia berharap agar seluruh ormas yang ada dapat mengendalikan diri dan menyampaikan aspirasinya sesuai aturan. “Ormas di Jawa atau Makassar, Surabaya, dan lainnya, perlu masing-masing ormas mengendalikan diri,” ujar dia.

 

Ia juga meminta agar sesama masyarakat Indonesia tak saling mencaci maki dan juga menjelek-jelekkan. Sehingga menimbulkan kemarahan dari suku lainnya. Lenis ingin agar masyarakat Papua juga dihargai oleh masyarakat lainnya sehingga dapat menghindari terjadinya gesekan-gesekan serupa.

 

“Jangan mengkhianati sesama, apalagi nama-nama binatang, suruh pulanglah. Itu yang membuat marah orang Papua. Namun orang Papua marah dan hari ini sudah hilang. Bakar, selesai,” tambah Lenis.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement