REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Ustaz Abdul Somad (UAS) dalam beberapa tahun terakhir menjadi buah bibir di masyarakat. Ulama asal kelahiran Silo Lama, Asahan, Sumatra Utara itu berubah menjadi singa podium saat berada di atas mimbar ceramah. Namun kiprah ustaz yang memiliki banyak jamaah di dunia dakwah itu tidak ringan. Teranyar UAS dilaporkan ke polisi karena diduga melecehkan salib dan menistakan agama.
Cendikiawan dan Guru Besar Universitas Paramadina, Prof DR Abdul Hadi WM saat dihubungi Republika.co.id berkata ada indikasi adu domba di balik pelaporan UAS. Ia menuturkan keriuhan yang sekarang terjadi pada soal viralnya ceramah UAS ini mengingatkannya pada suasana yang terjadi di tahun 1960-an. Kala itu terjadi perang ideologi yang dahsyat.
Umat Islam kala itu terus berusaha dipancing dan disudutkan dengan berbagai isu. Kala itu hujatan-hujatan kepada agama Islam bermunculan. Ada ketoprak (teater rakyat), ludruk atau kesenian apa saja dimunculkan dengan tujuan mengganggu keharmonisan hubungan antarumat beragama.
"Dahulu ungkapan Nietzsche tentang ‘Tuhan telah mati’ ramai ramai diomongkan. Ada ketoprak dan ludruk di sekitar Jawa Tengah dan Jawa timur dengan lakon ‘Patine Gusti Allah’, 'Gusti Allah Mantu', dan lainnya. Jadi sengaja ada yang buat panas. Nah, karena saya mengalaminya maka harus bersikap sabar. Sekali lagi umat Islam sabar dan jangan terpancing," kata Abdul Hadi.
Lalu siapa pelaku yang ingin mengadu domba? Secara tak terduga Abdul Hadi mengatakan, ’’Saya lihat dilakukan oleh sekelompok mereka yang atheis dan terindikasi sebagai kaum liberal. Mereka bicara HAM, kebebasan, dan demokrasi menurut ukurannya sendiri yang kebolak-balik. Dan saya merasa kepentingan modal di belakang keriuhan ini semua. Saya merasa itu."
Prof Abdul Hadi mengaku bersyukur UAS tetap tenang dengan pelaporan dirinya ke polisi. "Saya bersyukur Ustaz Abdul Somad tenang. Dia menanggapi soal viral cemarah videonya dengan sikap biasa saja,’’ kata Prof Abdul Hadi.
Ustaz Abdul Somad.
Budayawan yang sangat intes sekali mengamati dunia tarekat sufi ini berulangkali mengucapkan syukurnya. “Terus terang, kalau saya malah omongkan lagi saja ceramah itu sebab ini adalah jalan pikiran atau pendapatnya ketika ditanya seorang jamaah. Diucapkannya pun di tempat tertutup. Dia punya hak seperti ucapan pengkhutbah agama lain yang juga kini viral. di media sosial. Maka umat Islam santai saja. Ini bagian dari perang proxy saja,’’ kata Abdul Hadi dalam perbincangan dengan Republika.co.id (Ahad, 18/8).
Abdul Hadi menegaskan, khusus kepada umat Islam memang harus menahan diri. Kepada umat agama lainnya juga harus bersikap sama. Ingat sebab soal-soal yang kini ramai diviralkan itu soal biasa. Sudah menjadi pengetahuan umum.
“Kalau mau menengok secara jernih misalnya kasus novel Ayat-Ayat Setan-nya Salman Rushdi yang jelas jelas menghina Islam dan Nabi Muhammad di tahun 1980-an dahulu. Dia ternyata tak diapa-apakan, bahkan dilindungi oleh Inggris dan dunia internasional atas nama HAM dan kebebasan berbicara. Kalau soal Ahok itu berbeda konteks karena dia adalah pejabat publik dan diomongkan di ruang publik terbuka. Dia bukan ustaz atau pendeta. Dia gubernur,’’ ujarnya.
Ustaz Abdul Somad
Kabar UAS dilaporkan datang dari Polda Nusa Tenggara Timur, Sabtu (17/8). Sekelompok orang atas nama Brigade Meo Nusa Tenggara Timur (NTT) dikabarkan melaporkan UAS karena diduga telah menghina lambang-lambang agama Kristen dan Katolik, seperti salib dan patung, sebagaimana terekam dalam video yang tersebar via media sosial.
Lantas apa jawaban UAS?
Saat dihubungi Republika.co.id, UAS menjelaskan video tersebut menampilkan kejadian yang sudah lewat bertahun-tahun silam. Saat itu, kata UAS, sesi tanya-jawab berlangsung dalam kajian tertutup di suatu masjid di Pekanbaru, Riau.
UAS menegaskan kajian itu dijadwalkan tiap Sabtu pada waktu subuh. Karena sifatnya tertutup, hanya kaum Muslimin saja yang hadir.
''Saya menjawab pertanyaan jamaah dalam kajian tertutup yang diadakan di Masjid Agung an-Nur Pekanbaru. Itu bukan tabligh akbar semisal di lapangan terbuka atau disiarkan melalui stasiun TV," jelas UAS kepada Republika.co.id, Sabtu (17/8).
Saat kajian, UAS menjelaskan antara lain ihwal kedudukan Nabi Isa AS. Kemudian, penjelasan juga diberikannya mengenai soal patung dan jin. Hal ini agar hadirin dapat memahami bagaimana ajaran tauhid dan syariat Islam memandang Nabi Isa AS, hukum memiliki patung, dan makhluk bernama jin. Jadi, tujuannya hanya memberikan pemahaman keilmuan.
''Ada orang Islam yang memotong-motong video itu. Dia mem-posting. Tujuannya supaya orang paham tentang hukum patung. Jadi, ini untuk internal saja (umat Islam --Red),'' tegas alumnus Universitas al-Azhar (Mesir) itu.
Ustaz Abdul Somad.
Akan tetapi, UAS belakangan mengetahui bahwa video tersebut tersebar melalui jejaring internet. Karena itu, katanya, orang-orang non-Muslim pun mungkin saja mengaksesnya. Padahal, sekali lagi, sasaran dakwahnya semata-mata adalah kaum Muslimin.
''Video itu sampai ke grup Katolik. Mereka posting di instagram-instagram mereka, jadi ramai,'' kata UAS.
Alumnus Darul Hadits (Maroko) itu mengungkapkan, sudah tiga tahun belakangan ini dirinya tak lagi mengisi kajian Sabtu subuh rutin di Masjid Agung an-Nur Pekanbaru. ''Artinya, (yang terekam di video) itu kajian lama sebelum viral,'' ujar dia.
Republika.co.id, hingga berita ini juga diturunkan, tengah mencoba mengonfirmasi Brigade Meo Nusa yang disebut telah melaporkan UAS. Sementara Kepala Bidang Humas Polda NTT Kombes (Pol) Jules Abraham Abast menjelaskan belum ada laporan yang dibuat ormas tersebut mengenai konten video dakwah UAS yang viral di media sosial. Bahkan, dia membantah pelaporan demikian.
"Isu pelaporan terhadap UAS itu tidak benar. Karena dari Brigade Meo tidak membuat laporan polisi terkait UAS atau hal lainnya sampai saat ini. Tidak ada laporan polisi, baik di SPKP maupun Reskrimsus Polda NTT," ujar Kombes Pol Jules saat dihubungi Republika.co.id dari Jakarta, Sabtu (17/8).
Ustaz Abdul Somad (UAS).
Namun demikian, ia membenarkan soal kedatangan sejumlah orang yang mengatasnamakan diri dari Brigade Meo ke Polda NTT pada sore tadi, hari ini, Sabtu (17/8). Bagaimanapun, lanjut Jules, mereka ini hanya sebatas konsultasi dengan sejumlah penyidik di Polda NTT.
Lantas, mereka diarahkan kepada penyidik Reskrimsus. Reskrimsus Polda NTT, tutur Jules, mereka disarankan untuk datang kembali pada Senin (19/8) esok untuk membuat laporan terkait apa yang ingin dilaporkan.
"Yang dikonsultasikan mereka adalah video yang ditunjukan ke penyidik. Disarankan Senin datang kembali. Kita lihat apa mereka Senin datang kembali dan melaporkan bukti yang cukup," tambahnya.