REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Jakarta khususnya yang beraktivitas di sekitar kawasan Dukuh Atas patung Jendral Sudirman, kini memiliki area terbuka baru sebagai tempat berinteraksi di tengah aktivitas kerja. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta baru saja meresmikan area seni, budaya dan olahraga di sekitar kawasan yang rencananya akan dibangun Transit Oriented Development (TOD) Dukuh Atas.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sesaat meresmikan spot budaya di Dukuh Atas tersebut, pada Ahad (18/8) mengatakan spot budaya 2 Dukuh Atas ini diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk lebih berinteraksi melalui hadirnya 'ruang ketiga'.
Anies menyebut istilah 'ruang ketiga' karena merupakan ruang sosial di luar ruang pertama (rumah) dan ruang kedua (kantor, sekolah, dll). Ruang ketiga ini, jelas Anies merupakan wadah untuk menyalurkan ekspresi seni dan budaya. Dan Spot Budaya 2 Dukuh Atas, ia sebut merupakan salah satu perwujudan ruang ketiga itu.
"Spot Budaya 2 Dukuh Atas dibangun di dekat sejumlah fasilitas transportasi publik seperti Halte Transjakarta Dukuh Atas 1 dan 2, Stasiun MRT Dukuh Atas, dan Stasiun KRL Sudirman," kata Anies saat meresmikan area Spot Budaya 2 Dukuh Atas, Ahad (18/8).
Gubernur Anies menjelaskan keberadaan Spot Budaya 2 Dukuh Atas diharapkan mampu dimanfaatkan seluruh lapisan kelas sosial ekonomi masyarakat sehingga terjalin interaksi lintas kelas di dalamnya dan menghapus kesenjangan. Dengan hadirnya ruang ketiga, segala lapisan masyarakat dapat berbaur tanpa sekat.
"Bagaimana membuat masyarakat di seluruh lapisan berinteraksi? Maka kami siapkan ruang ketiga, apa cirinya? yakni adanya kesetaraan, dan insya allah tempat ini akan membuat setara semua,” ucapnya.
Spot Budaya 2 ini dikerjakan sejak Maret 2019 dengan menggunakan dana pemenuhan kewajiban pelampauan nilai KLB (Koefisien Lantai Bangunan) dari PT. Kepland Investama dengan Kontraktor Pelaksana PT. Jaya Konstruksi. Anies mengharapkan tempat tersebut menjadi media atau ruang untuk masyarakat mengekspresikan diri, berinteraksi, dan berbaur, tanpa memandang perbedaan strata sosial dan ekonomi.
"Harapannya ini menjadi tempat berkumpul. Bagaimana membuat masyarakat berinteraksi, maka kami siapkan ruang seperti ini, ada ciri ruang ketiga yakni kesetaraan, insya allah tempat ini akan menyetarakan semua," tambahnya.