LENGKONG, AYOBANDUNG.COM -- Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil tembakau, walaupun bukan yang terbesar di Indonesia. Di balik itu, terdapat keunggulan yang dimiliki tembakau Jawa Barat dibanding daerah lain.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Barat Suryana mengatakan, salah satu keunggulan dari pertanian tembakau Jawa Barat adalah adanya petanian tembakau tidak lazim.
"Jawa Barat itu punya tembakau tidak lazim. Ada tiga daerah di Jawa Barat yang mempunyai tembakau tidak lazim, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, dan Kota Bandung," tutur Suryana, Minggu (18/8/2019).
AYO BACA : Tembakau Jawa Barat Dinilai Unggul dalam Pengolahan
Dia menjelaskan, tembakau biasanya ditanam saat musim kemarau dan dipanen saat musim kemarau. Tembakau ini disebut Voor-Oosgt atau Virginia yang lazim ditanam di wilayah Indonesia.
"Ada juga tembakau Na-Oosgt yang ditanam saat musim hujan dan dipanen musim kemarau. Ini disebut tembakau tidak lazim dan Jawa Barat memilikinya," ujarnya.
Na-Oosgt, jelas Suryana, merupakan bahan utama untuk pembuatan cerutu. Harga jual dari petaninya juga cukup tinggi, karena diperuntukkan bagi impor.
AYO BACA : Jadi Penghasil Tembakau, DBHCHT Kabupaten Bandung Capai Rp13 Miliar
"Untuk tembakau tidak lazim ini dijual ke Malaysia," ungkapnya.
Menurut Suryana, luas lahan pertanian tembakau tidak lazim di Jawa Barat mencapai 22.000 hektare, di antaranya terdapat di Nagreg, Kabupaten Bandung.
Namun karena diperuntukan impor, maka dengan luas lahan 22.000 hektare tidak membuat kebutuhan lokal tembakau terpenuhi.
Jawa Barat sendiri membutuhkan sekitar 138.000 ton tembakau setiap tahun untuk kebutuhan lokal. Sementara produksi yang dihasilkan baru 12.000 ton per tahun.
"12.000 ton itu tembakau lazim. Dengan kebutuhan 138.000 ton per tahun, Jawa Barat masih membutuhkan 35.000 hektare sampai 70.000 hektare lahan tembakau untuk memenuhi kebutuhan lokal," ujarnya.
AYO BACA : Bebas Bahan Kimia, Petani Tembakau Nagreg Masih Olah Tradisional