Kamis 15 Aug 2019 03:02 WIB

Pengamat: Bamsoet Dinilai Berpeluang Gantikan Airlangga

Pengamat menilai Bamsoet punya tingkat penerimaan yang baik di internal Golkar.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Bayu Hermawan
Wakil Koordinator Bidang Pratama DPP Partai Golkar Bambang Soesatyo berbicara saat press conferance calon ketua umum Partai Golkar periode 2019-2024 di Jakarta, Kamis (18/7).
Foto: Republika/Prayogi
Wakil Koordinator Bidang Pratama DPP Partai Golkar Bambang Soesatyo berbicara saat press conferance calon ketua umum Partai Golkar periode 2019-2024 di Jakarta, Kamis (18/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Indonesian Public Institute Karyono Wibowo menilai, Bambang Soesatyo punya peluang menjadi Ketua Umum Golkar menggantikan Airlangga Hartarto. Menurutnya, Bamsoet merupakan contoh politikus handal karena tingkat penerimaannya cukup baik di internal Golkar serta dari partai politik lain.

Karyono menilai Bamsoet cukup lentur dalam pergaulan sosial dan politik sehingga kehadirannya mudah diterima orang. Dia menyebut jika Ketua DPR RI itu memiliki rekam jejak positif. Dia mengatakan, Bamsoet memiliki rekam jejak dan pengalaman panjang mulai dari pengusaha, pimpinan organisasi massa, petinggi partai hingga saat ini mengemban tugas sebagai pimpinan parlemen.

Baca Juga

"Rekam jejak ini bisa menjadi modal untuk memimpin Golkar," kata Karyono di Jakarta, Rabu (14/8).

Masih kata Karyono, Bamsoet terhitung sudah belasan tahun bergabung dengan Golkar. Dia melanjutkan, pada awal bergabung Bamsoet langsung dipercaya menjadi Wakil Bendahara Umum DPP. Setelah itu, dia terpilih menjadi anggota DPR RI Periode 2009-2014 dan duduk di Komisi III. Selama itu Bamsoet dikenal sebagai salah satu dari 9 anggota DPR yang membentuk Panitia Khusus Hak (Pansus) Angket Bank Century.

"Rekam jejak Bamsoet yang mumpuni bisa membuat dirinya sukses jika memimpin Golkar," katanya.

Sebelumnya, sejumlah kader Golkar meminta untuk segera dilakukan evaluasi terhadap kinerja Ketua Umum Airlangga Hartanto setelah partai gagal mencapai target perolehan suara dalam Pileg 2019 lalu. Bahkan pendapatan suara Golkar turun dibanding Pileg 2014.

Menurut Karyono, penurunan suara Golkar di Pemilu tak bisa dilepas dari tantangan yang dihadapi. Dia mengatakan, banyak elite dan kader partai berlogo pohon beringin itu yang terjerat kasus korupsi. "Selain itu, Golkar dihadapkan pada situasi politik yang sulit akibat konflik internal yang terjadi sebelumnya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement