Selasa 06 Aug 2019 12:50 WIB

Jokowi Malu Asap Karhutla Sampai Malaysia dan Singapura

Empat tahun terakhir padahal asap karhutla berhasil dikendalikan.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Indira Rezkisari
Pengendara sepeda motor menggunakan masker pelindung pernapasan ketika kabut asap karhutla menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (30/07/2019).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Pengendara sepeda motor menggunakan masker pelindung pernapasan ketika kabut asap karhutla menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (30/07/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan agar kebakaran hutan dan lahan dapat segera ditangani sehingga tak menyebabkan timbulnya asap yang menggangu kesehatan dan menyebabkan kerugian. Apalagi asap karhutla tersebut menyebar sampai negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Jokowi pun mengaku malu jika asap-asap karhutla kembali muncul dan pemerintah tak mampu mengantisipasinya.

Baca Juga

"Saya kadang-kadang malu. Minggu ini saya mau ke Malaysia dan Singapura. Tapi, saya tahu minggu kemarin sudah jadi headline, jadi HL, cirebu masuk lagi ke negara tetangga kita. Saya cek cirebu ini apa, ternyata asap. Hati-hati, malu kita kalau nggak bisa menyelesaikan ini," kata Jokowi saat memberikan pengarahan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan 2019, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (6/8).

Dalam empat tahun terakhir ini, kata Jokowi, asap karhutla disebutnya berhasil dikendalikan dan tak berdampak hingga negara tetangga. Namun pada tahun ini, asap karhutla tersebut mulai muncul kembali.

"Mereka sudah senang empat tahun nggak pernah ada cirebu, tahun ini meskipun tidak dalam skala yang seperti 2015 tetapi mulai ada lagi," tambahnya.

Jokowi mengatakan, karhutla yang terjadi pada 2015 dan tahun-tahun sebelumnya menyebabkan kerugian hingga Rp 221 triliun. Lahan yang terbakar pun mencapai sekitar 2,6 juta hektare.

Karena itu, ia menginstruksikan agar masalah karhutla ini tak kembali terjadi. Meskipun pada tahun ini kasus karhutla menurun hingga 81 persen dibandingkan pada 2015 lalu, namun ia meminta agar angka kebakaran terus ditekan turun.

"Dibandingkan 2015, tahun ini memang turun 81 persen, kalau dibandingkan dengan 2015. Tetapi, kalau dibandingkan dengan 2018, tahun ini naik lagi. Ini yang tidak boleh," ujar Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement