Ahad 04 Aug 2019 16:49 WIB

Alat Pemantau Tangkuban Perahu tak Terganggu Listrik Mati

Alat pemantau Tangkuban Perahu gunakan energi solar dan aki.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Indira Rezkisari
Aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Perahu, Sabtu (3/8).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Perahu, Sabtu (3/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gangguan transmisi mengakibatkan aliran listrik di beberapa kabupaten/kota di Jabar termasuk Jabodetabek mengalami pemadaman. Gangguan dikhawatirkan bisa mengganggu alat pemantauan Gunung Tangkuban Perahu.

Menurut Kasubid Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat, Nia Haerani, sistem lapangan tak terganggu karena digunakan sumber energi dari solar panel dan baterai (accu). Jadi, ada 2 tipe alat di pos, yang menggunakan aki dan menggunakan listrik.

Baca Juga

"Kalau listrik mati ya tinggal pakai aki yang jalan," ujar Nia kepada wartawan, Ahad (4/8).

Namun, kata Nia, jika listrik mati dalam cukup lama dikhawatirkan bisa mengganggu alat pemantauan gunung Tangkuban Perahu tersebut. "Tapi jika mati lampu cukup lama, sistem penerimaan digital di Pos PGA akan terganggu jika PC mati," katanya.

Nia menjelaskan, alat tersebut tergantung sinar matahari yang masuk. Yakni, jika cuaca cerah alat bisa jalan terus non-setop. "Jika cuaca mendung (musim hujan), pengalaman kami, alat maksimal masih bisa jalan sekitar 3 hari tanpa asupan sinar matahari, tergantung banyaknya jenis ," katanya.

Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi - Kementerian ESDM, Kasbani, tingkat aktivitas Level II (Waspada) Gunung Tangkuban Perahu (2.084 m dpl) mengalami erupsi pada 26 Juli 2019 pukul 15.48 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 200 m di atas puncak (± 2284 m di atas permukaan laut).

Kolom abu, kata dia, teramati berwarna abu tebal kehitaman condong kearah timurlaut dan selatan. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 50 mm (overscale) dan durasi ± 5 menit 30 detik.

Kemudian, kata dia, erupsi susulan terjadi pada tanggal 1 Agustus 2019 pukul 20.46 WIB, tinggi kolom asap 180 m dari dasar kawah. Pada tanggal 2 Agustus 2019 erupsi susulan mulai pukul 00.43 WIB, serta erupsi terakhir pada pukul 04.56 WIB yang berlangsung menerus.

"Dari kemarin (Sabtu, 3/8) hingga pagi ini Ahad (4/8) visual Gunungapi terlihat jelas. Teramati asap kawah utama berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal dengan tinggi 100 meter dari dasar kawah," kata Kasbani seraya mengatakan melalui rekaman seismograf pada 3 Agustus 2019 tercatat tremor terus menerus dengan amplitudo dominan 50 mm.

Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi - Kementerian ESDM, Kasbani, pihakny merekomendasikan beberapa hal terkait aktivitas Gunung Tangkuban Perahu. Yakni, pertama masyarakat di sekitar G. Tangkuban Perahu dan pengunjung/wisatawan/pendaki, Tidak mendekati kawah yang ada di puncak Gunung Tangkuban Perahu dalam radius 1,5 Km dari kawah aktif.

Kedua, kata dia, masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Perahu, Pedagang, Wisatawan, Pendaki, dan Pengelola Wisata Gunung Tangkuban Perahu agar mewaspadai meningkatnya konsentrasi gas-gas vulkanik dan dihimbau tidak berlama-lama berada di sekitar kawah aktif Gunung Tangkuban Perahu. Agar, terhindar dari paparan gas yang dapat berdampak bagi kesehatan dan keselamatan jiwa.

Rekomendasi ketiga, kata dia, masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Perahu, Pedagang, Wisatawan, Pendaki, dan Pengelola Wisata Gunung Tangkuban Perahu agar mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala vulkanik yang jelas.

"Masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Perahu diharap tenang, beraktivitas seperti biasa, tidak terpancing isu-isu tentang letusan Gunung Tangkuban Perahu, tetap memperhatikan informasi dari BPBD setempat," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement