Sabtu 03 Aug 2019 14:50 WIB

Budaya Menjadi Kendala Ungkap Tindak Kekerasan Seksual

Malu melaporkan kasus tersebut karena menjadi korban kekerasan seksual dianggap aib.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Ratna Puspita
Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Kombes Pol Asep Adi Saputra menyampaikan paparannya dalam diskusi Child Grooming dan Darurat LGBT di Jakarta, Sabtu (3/8/2019).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Kombes Pol Asep Adi Saputra menyampaikan paparannya dalam diskusi Child Grooming dan Darurat LGBT di Jakarta, Sabtu (3/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Asep Adi Saputra mengatakan salah satu alasan yang membuat kasus kekerasan seksual pada anak sulit diungkap secara utuh adalah kebiasaan orang Indonesia. Ia menjelaskan, banyak orang di Indonesia malu melaporkan kasus tersebut karena dianggap aib. 

Asep menduga, kasus-kasus yang dilaporkan ke polisi selama ini tidak bisa menggambarkan kekerasan seksual pada anak yang benar-benar terjadi di Indonesia. Menurut Asep, sebenarnya bisa jadi banyak kasus yang tidak dilaporkan. 

Baca Juga

"Kalau kita bicara sebuah teori, yang dilaporkan ke kepolisian adalah angka yang belum menggambarkan kejahatan ini. Banyak yang belum dilaporkan. Kita berada pada sebuah kultur ketimuran yang kental sehingga pelecehan seksual apalagi terhadap anak tidak dilaporkan," kata Asep, di sebuah diskusi di Jakarta Pusat, Sabtu (3/8). 

Apalagi saat ini, kekerasan seksual pada anak kebanyakan dilakukan oleh orang terdekat. Hal ini menambah alasan seseorang tidak melaporkan tindak kekerasan seksual kepada anak karena takut keluarganya dipinggirkan oleh masyarakat. 

Asep mengatakan kekerasan seksual pada anak adalah fenomena gunung es yang belum bisa diungkap seutuhnya. Kendala itu kerap didapatkan kepolisian ketika ada pelibatan orang terdekat sehingga ada ada kesungkanan. 

Selain itu, perkembangan zaman juga membuat kekerasan seksual pada anak terjadi kian marak dan menjadi masalah dalam pengungkapan. Biasanya pelaku akan membuat pendekatan orang ke orang kepada anak yang dijadikan targetnya bisa melalui direct message atau private message

Karena itu, Asep menjelaskan saat ini pihaknya bekerja proaktif. "Kita terus lakukan pendalaman-pendalaman, profing terhadap akun, dan sebagainya," kata Asep menjelaskan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement