Sabtu 03 Aug 2019 12:36 WIB

Pengamat Nilai Kemurnian Rekonsiliasi Terlihat pada Oktober

Pada Oktober, posisi kabinet dan pimpinan badan legislatif diumumkan.

Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yudha (kanan).
Foto: Antara
Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yudha (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinamika politik setelah Pemilu 2019 kini memasuki babak baru. Namun, kemungkinan poros-poros baru dan rekonsiliasi bersyarat bisa dilihat pada Oktober mendatang.

Sebab ketika itu, posisi kabinet dan pimpinan badan legislatif diumumkan. "Tadinya peta politik Indonesia bipolar. Dua kutub, kontraksinya sangat keras, sangat kencang. Hanya 01,02. Pendukung Prabowo, Jokowi. Tapi mulai ke sini sudah mulai mencair," kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei Poltracking Indonesia Hanta Yudha dalam diskusi politik di Jakarta Pusat, Jumat (2/8).

Baca Juga

Ia mengatakan dinamika politik terbaru ini berpotensi mengkristal ke polar-polar baru atau poros-poros baru. "Ada pertemuan di Gondangdia, di Teuku Umar, dan sebagainya," kata dia.

Menurut Hanta Yudha, kemurnian rekonsiliasi antara kubu-kubu yang bertentangan saat pemilihan presiden bisa terlihat ketika pelantikan anggota legislatif pada Oktober 2019. Saat ini, koalisi calon presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo dan Ma'ruf Amin menguasai sekitar 60 persen kursi legislatif.

Namun, jika Partai Gerindra ingin masuk dalam pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) maka diperlukan komunikasi politik dengan Jokowi dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. "Kalau Gerindra, misalnya, Ahmad Muzani akan didorong menjadi pimpinan MPR, cara paling tepat untuk sukses ya memang harus membangun komunikasi dengan koalisi Jokowi, dengan Teuku Umar," ujarnya.

Hadir juga dalam diskusi tersebut, Wasekjen Partai Gerindra Andre Rosiade mengatakan pertemuan yang dilakukan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dengan kedua tokoh tersebut bukanlah rekonsiliasi bersyarat ditukar jabatan di pemerintahan atau kursi MPR. Namun, dia tidak menampik bahwa Gerindra punya keinginan untuk mendapatkan posisi penting tersebut.

"Tapi kita juga tidak munafik, sebagai partai peraih suara terbanyak kedua, kalau seandainya diberikan kesempatan untuk mendapatkan salah satu pimpinan MPR dan kita bisa berkontribusi positif bagi bangsa dan negara, tentu kita akan mengusulkan calon kita," tegas Andre.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement