Jumat 02 Aug 2019 02:21 WIB

Menteri Susi Anggap Tumpahan Minyak di Karawang Musibah

Susi Pudjiastuti telah meninjau lokasi tumpahan minyak di pantai utara Karawang

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Hasanul Rizqa
Suasana tumpahan minyak mentah di pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Kamis (1/8).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Suasana tumpahan minyak mentah di pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Kamis (1/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengamati tumpahan minyak (oil spill) akibat kebocoran proyek Hulu Energi sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) milik Pertamina di pesisir pantai utara Karawang. KKP menganggap, peristiwa tersebut sebagai musibah, bukan kesengajaaan.

Menteri KKP Susi Pudjiastuti telah meninjau langsung pesisir pantai utara Karawang hingga Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, dari udara dengan menggunakan helikopter pada Kamis (1/8) pagi.

Baca Juga

Menteri Susi menyampaikan, masyarakat tak perlu khawatir karena pemerintah akan menanggulangi dampak dari perisitiwa ini hingga tuntas.

“Peristiwa ini sebetulnya kecelakaan, musibah yang tidak kita harapkan namun terjadi. Untuk peristiwa di Karawang saya tidak begitu khawatir karena Pertamina sebagai perusahaan negara juga akan menanganinya dengan baik,” kata Susi Pudjiastuti dalam keterangan resmi, Kamis (1/8).

Susi juga memastikan bahwa stakeholders sekitar yang terdampak, utamanya nelayan, petambak, dan warga pesisir akan mendapatkan kompensasi dari Pertamina bekerjasama dengan K/L terkait.

“Tentunya, stakeholder-stakeholder yang dirugikan juga akan mendapatkan recovery atau kompensasi,” ucapnya.

Kendati demikian, Susi berharap agar ke depannya Pertamina menyediakan lebih banyak oil boom untuk meminimalkan persebaran minyak, apabila terjadi peristiwa serupa.

“Mungkin ini menjadi pelajaran bagi kita semua ke depan, oil boom itu mungkin kita harus punya stok lebih banyak. Karena kalau menangani lebih cepat dengan oil boom, lebih banyak liquid ini tidak akan sampai ke pinggir,” ujarnya.

Sementara itu, Dirut Pertamina Nicke menjelaskan, saat ini pihaknya berupaya menahan agar tumpahan minyak tidak melebar ke perairan yang lebih luas. Caranya dengan mengerahkan tujuh lapis proteksi di sekitar anjungan.

Salah satunya yakni dengan menaruh oil boom di sekitar anjungan. Oil boom adalah peralatan yang digunakan untuk melokalisir atau mengurung tumpahan minyak di perairan sekitar anjungan.

“Tujuh lapis proteksi telah kami kembangkan di sekitar daerah terdampak. Di lapis 1 kita pasang static oil boom di sekitar anjungan YYA-1 sepanjang 2.450 meter untuk menahan oil spill dalam lingkungan anjungan. Di layer 2, kita juga memasang moveable oil boom sepanjang 2x200 meter untuk menghadang ceceran minyak dari lapis 1 yang masih belum tertahan sepenuhnya,” ujarnya.

Selain itu, Pertamina juga mengerahkan 3 oil skimmer untuk mengangkat dan menyedot tumpahan minyak yang berada di perairan sekitar anjungan. Pihaknya juga menurunkan 39 kapal untuk menampung sementara tumpahan minyak telah disedot sekaligus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement