Rabu 31 Jul 2019 17:50 WIB

Sleman Janji Tingkatkan Ekspor Kopi Merapi

Banyak permintaan kopi Merapi dari negara-negara Eropa.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Tenaga petik memanen kopi.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Tenaga petik memanen kopi.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Wakil Bupati Sleman, DIY, Sri Muslimatun, berjanji meningkatkan ekspor kopi dari lereng Gunung Merapi. Sri percaya diri lantaran banyaknya permintaan kopi Merapi dari negara-negara Eropa.

"Sekarang ini kita sudah ekspor kopi Merapi itu ke Finlandia, tapi itu masih jauh dari permintaan, masih sedikit sekali," kata Sri, di Balai Karantina Pertanian Kelas II, Rabu (30/7).

Sri menuturkan, itu sesuai imbauan gubernur DIY yang meminta lereng Merapi seluruhnya seharusnya ditanami kopi. Tidak cuma untuk penuhi permintaan pasar, tapi karena potensinya yang besar pula.

Sri Sultan Hamengku Buwono X sendiri berpendapat, kopi Merapi yang ditanam di tanah vulkanik menyebabkan kopinya memiliki cita rasa khas. Ini yang membuat rasa kopinya unik dan beda dengan kopi lain. "Ini kita cari bibitnya dulu, yang susah kan bibitnya," ujar Sri.

Pada kesempatan itu, Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian, Ali Jamil menerangkan, setidaknya ada empat strategi akselerasi ekspor komoditas pertanian yang bisa dilakukan.

Mulai meningkatan jumlah eksportir melalui generasi milenial bangsa. Lalu, diversikasi produk atau barang setengah jadi, meningkatkan frekuensi pengiriman dan membuka pasar ekspor baru.

"Sekarang ini nilai ekspor komoditas pertanian naik 10 persen atau Rp 400 triliun dibanding era sebelumnya," kata Ali.

Badan Karantina sendiri baru saja melepas ekspor komoditas pertanian secara simbolis. Di antaranya, tanaman hortikultura seperti salak Sleman ke Kamboja dan kayu albasia ke Cina.

Selain itu, ada pula biji pala dan pala bubuk, bunga cengkeh, vanila dan gula kelapa yang dikirim ke tujuh negara. Mulai dari Prancis, Jerman, Belanda, sampai Amerika Serikat.

Nilai ekspornya sudah cukup besar karena masih seputar Rp 15,6 miliar. Kemudian, ada 50 ton kulit kayu manis berbentuk stik kering dan pecahan kering dari daerah-daerah di Indonesia. "Dengan nilai Rp 3,36 miliar yang diekspor ke Amerika Serikat dan Prancis," ujar Ali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement