Rabu 31 Jul 2019 14:05 WIB

Polisi: Peredaran Ganja di Lingkungan Kampus Libatkan Alumni

Bandar besar biasanya memanfaatkan mahasiswa atau alumni sebagai bandar kecil.

Ganja lintingan (ilustrasi)
Ganja lintingan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jajaran kepolisian di wilayah hukum Jakarta Barat mengungkap jalur distribusi narkoba menuju sejumlah kampus perguruan tinggi yang kerap melibatkan jaringan alumni maupun mahasiswa aktif. "Ganja adalah jenis narkoba yang mendominasi di pasar kampus," kata Kanit 3 Satuan Reserse Narkoba Polrestro Jakarta Barat, AKP Ahmad Ardhi, di Jakarta, Rabu (31/7).

Ardhi mengatakan bandar besar biasanya memanfaatkan mahasiswa atau alumni sebagai bandar kecil. Ia menyebut kriteria bandar diklasifikasikan sesuai kepemilikan barang bukti.

Baca Juga

Bandar besar biasanya menyimpan ganja di atas 5 kilogram, sementara bandar kecil hanya memiliki ganja dalam satuan gram. "Bandar kecil paling mainnya 20-30 paket dalam satuan gram," katanya.

Barang haram itu umumnya dipasok dari Provinsi Aceh menuju Jakarta melalui jalur darat dengan beragam modus yang selalu dikembangkan untuk mengelabui perhatian petugas penegak hukum. "Ganja tidak mungkin diimpor dari luar negeri, karena ongkos kirimnya juga pasti mahal," ujar Ardhi.

Pada kurun 2018, jajaran Satres Narkoba Polrestro Jakarta Barat berhasil menyita 1,3 ton ganja kering yang diselundupkan dari Aceh menuju Jakarta menggunakan kendaraan jenis truk. Saat dilakukan penangkapan di Cilegon, Banten, polisi menemukan barang bukti ganja seberat 1,3 ton terselip di antara tumpukan barang pada bagian bak truk serta terselip hingga ke bagian dalam ban cadangan.

Ardhi mengatakan dibutuhkan kejelian aparat di lapangan dalam mengungkap alur distribusi narkoba, mengingat jenis mariyuana merupakan komponen barang berdimensi kecil. Saat barang tersebut lolos dari pengawasan hingga sampai ke tangan bandar besar, kata dia, ganja kiriman selanjutnya dipilah berdasarkan kualitas untuk dikemas ke dalam bentuk paket.

"Biasanya yang umum di kalangan mahasiswa adalah bentuk paket hemat (pahe) dengan kisaran harga Rp 250 ribu hingga Rp300 ribu per satu gram," katanya.

Paket itu selanjutnya didistribusikan melalui jaringan komunitas alumni maupun mahasiswa aktif di kampus. Alumni yang disasar sebagai bandar kecil di lingkungan kampus, umumnya pengangguran.

Mereka tergiur dengan keuntungan hingga tiga kali lipat dari modal. "Ciri pemakai ganja dari kalangan pemula biasanya dioplos menggunakan tembakau, tapi kalau yang sudah ketergantungan biasa mengonsumsi secara murni," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement