Selasa 23 Jul 2019 21:11 WIB

Kasus Nduga, JK: Jika Mau Damai, Tentara Mesti Balas

JK mendorong upaya penyelesaian secara damai untuk mengakhiri kontak senjata.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andi Nur Aminah
Wakil Presiden Jusuf Kalla saat diwawancarai wartawan di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (23/7).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Wakil Presiden Jusuf Kalla saat diwawancarai wartawan di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan belasungkawa atas kembali terjadinya aksi penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) kepada prajurit TNI di Nduga, Papua. JK pun mendorong upaya penyelesaian secara damai untuk mengakhiri kontak senjata yang mengakibatkan korban jiwa masyarakat maupun prajurit tersebut.

Namun demikian, jika keinginan damai tidak disambut pihak KKB, maka JK menegaskan TNI akan membalas serangan. "Tentu yang terbaik adalah suatu penyelesaian yang damai, tapi kalau tidak mau damai hanya menyerang tentara, tentara kan harus mesti membalas, ya kan," ujar JK saat diwawancarai wartawan di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (23/7).

JK menegaskan, pemerintah tidak akan pernah mengakomodasi keinginan KKB agar dilakukan referendum. Karena, penyerangan yang dilakukan KKB di Nduga sudah mengarah ke separatisme. "Ya itu separatis namanya kalau begitu tentu kita akan berpegang kepada TNI ya, semua itu pemerintah pusat tidak bisa menerima seperti itu," kata JK.

Apalagi JK menjelaskan kontak senjata dan penyerangan ditujukan kepada tentara yang sedang menjaga para petugas proyek pembangunan pemerintah. "Kalau anda lihat ke daerah bukan konflik seperti dibayangkan orang seperti apa. Justru kelompok itu yang menyerang tentara, kan semuanya yang diserang itu di pos tentara, kalau tentara itu menjaga kelangsungan proyek. Kan diserang itu bukan konflik, itu penyerangan," kata JK.

Sebelumnya, aksi penembakan kembali dilakukan oleh kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) di area pembangunan Trans Papua, Nduga, Papua. Penembakan terjadi ketika aparat pengamanan dari TNI tengah melakukan istirahat, shalat, dan makan.

"Peristiwa tersebut terjadi pada pukul 12.45 WIT, saat anggota TNI sedang melaksanakan Istirahat, sholat, makan," ujar Kapendam XVII/Cendrawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi, melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (20/7).

Aidi menjelaskan, aksi penembakan tersebut terjadi di lokasi pembangunan jembatan Sungai Yuguru. Lokasi tersebut menjadi bagian dari proyek strategis nasional Trans Papua Wamena-Mumugu, di Distrik Yuguru, Kabupaten Nduga, Papua. Penembakan ini diduga dilakukan kelompok Egianus Kogoya.

"Pasukan TNI yang tengah beristirahat tiba-tiba mendapatkan serangan yang muncul dari semak belukar dengan jarak sekitar 300 meter," terangnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement