Senin 22 Jul 2019 09:56 WIB

Tanaman Padi Puso di Purwakarta Meluas

Sawah puso yang mengikuti premi asuransi, klaim ya sedang diurus

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Agus Yulianto
Kadis Pangan dan Pertanian Purwakarat, Agus Rachlan Suherlan (pakai batik) bersama tim dari Kementan, saat meninjau aktivitas pompanisasi yang dilakukan petani asal Kecamatan Cibatu.
Foto: Foto: dokumentasi
Kadis Pangan dan Pertanian Purwakarat, Agus Rachlan Suherlan (pakai batik) bersama tim dari Kementan, saat meninjau aktivitas pompanisasi yang dilakukan petani asal Kecamatan Cibatu.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, melansir areal persawahan yang mengalami puso di daerah ini semakin meluas. Sebulan yang lalu, sawah yang puso baru 10 hektare. Namun, pada pekan ketiga bulan Juli ini meluas jadi 65 hektare.

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan, mengatakan, saat ini ada 13 ribu hektare sawah yang ada tegakan tanaman padinya (//standing croop//), dengan usia antara 21 sampai 90 hari. Dari luasan itu, yang terancam kekeringan mencapai 1.233 hektare. Sedangkan, yang statusnya sudah puso seluas 65 hektare.

"Areal sawah yang puso akibat kekeringan ini, semakin meluas," ujar Agus, kepada //Republika//, Ahad (21/7).

Karena itu, perlu penanganan yang cepat untuk mengatasi persoalan kekeringan ini. Mengingat, dari luas baku sawah di Purwakarta yang mencapai 18 ribu hektare, 8.000 di antarany sawah tadah hujan. Sawah ini, sangat ketergantungan akan air hujan.

Saat ini, lanjut Agus, seluruh areal persawahan di Purwakarta sudah tak mengenal musim. Jika ada air, maka areal sawah itu didorong untuk tanam padi. Termasuk, sawah tadah hujan, saat ini indesk pertanamannya sudah meningkat dari satu kali tanam menjadi dua kali tanam per tahunnya.

"Akan tetapi, saat memasuki musim kemarau yang cukup kering seperti tahun ini, areal sawah tadah hujan yang sudah kadung ditanami ini, terancam kekeringan," ujarnya.

Dengan begitu, pihaknya bersama petani dan unsur terkait berupaya untuk mengatasi kekeringan ini. Salah satunya, dengan mengidentifikasi sumber mata air, lalu memberikan bantuan pompa air, serta mendorong petani untuk ikut asuransi pertanian.

Bahkan, bantuan terbaru ini sudah dikirim oleh Kementerian Pertanian untuk petani Purwakarta. Bantuannya, yaitu 7.300 meter selang buang air. Dengan adanya selang air ini, diharapkan pemanfaatan pompa menjadi maksimal lagi.

"Bantuan selang air dari Kementerian Pertanian ini, sebagai upaya tanggap darurat kekeringan," ujarnya.

Pihaknya juga punya strategi penangan kekeringan. Lokasi yang terkena puso dan mengikuti premi asuransi, telah di lakukan pengurusan  klaim asuransi usaha tani padi (AUTP). Bagi yang tidak mengikuti AUTP dan memungkinkan masih bisa ditanami, diupayakan mendorong agar dilakukan peralihan jenis tanaman dari padi ke palawija.

"Sedangkan, yang terancam dalam kategori ringan dan sedang, diupayakan mencari sumber mata air, bisa dari sungai, bendung, embung dan bekas galian pasir," ujarnya.

Sementara itu, Cadim Suherman (52 tahun) petani asal Desa Cirangkong, Kecamatan Cibatu yang tergabung dalam kelompok tani Dewi Sri, mengaku, saat ini areal sawah di desanya terancam kekeringan dengan kategori sedang. Ancaman ini, sudah dilaporkan ke instansi terkait. Karenanya, petani di kelompok taninya sudah mendapat bantuan pompa dan selang plastiknya.

"Di kami, masih ada sumber mata air berasal dari sungai. Tapi, harus disedot dengan pompa," ujarnya.

Sebab, jarak dari sungai ke lokasi persawahan mencapai 250 meter. Saat ini, kelompoknya sudah mendapat bantuan pompa dan selang buang air berbentuk spiral. Tapi, untuk selang airnya baru 150 meter. Sisanya, petani masih menggunakan selang biasa. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement