REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Syuro DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Maman Imanulhaq, mengaku tak setuju jika Partai Amanat Nasional (PAN) bergabung dengan koalisi Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Ia menilai, partai tersebut tidak konsisten ketika berada dalam koalisi.
"Sikap politik PAN itu dapat dilihat ketika masuk dalam koalisi partai pendukung Jokowi pada Pilpres 2014. Namun, pada Pilpres 2019 PAN memilih mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga," ujar Maman lewat keterangan tertulisnya, Ahad (21/7).
Ia pun menyarankan, kepada partai yang berada di luar Koalisi Indonesia Kerja (KIK) pada kampanye pilpres 2019 untuk tidak bergabung. Karena, ia menilai hal itu dapat mengganggu komunikasi politik yang ada dalam koalisi.
"Ada beberapa partai yang sebaiknya tidak masuk (koalisi), partai yang tidak jelas, daripada nanti mengganggu," ujar Maman.
Kendati demikian, menyerahkan sepenuhnya kepada Presiden terpilih Joko Widodo. Apabila menerima partai-partai tersebut bergabung dengan koalisi pemerintah.
"Apakah 02 itu masuk ke dalam, itu kan haknya Pak Presiden, cuma kan saya ingin memberikan poin sederhana saja," ujar Maman.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Bima Arya Sugiarto menyebutkan, tak sedikit di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAN yang semangat menjadi oposisi untuk pemerintahan. Menurut dia, menjadi partai oposisi sama terhormatnya dengan partai yang berkoalisi dengan partai-partai pengusung Jokowi-Ma'ruf dalam kontestasi pilpres 2019.
"Saya lihat di dalam itu banyak juga yang ingin jadi oposisi menurut saya. Oposisi juga terhormat," ujar Bima.