Senin 22 Jul 2019 04:00 WIB

Nining Suryani Potret Buram Nasib Honorer

Kesejahteraan guru honorer adalah isu usang yang hingga kini masih membayangi dunia

Kunjungan Bupati Pandeglang Irna Narulita ke SDN Karyabuana 3 tempat mengajar sekaligus tempat tinggal guru Nining, Rabu (18/7).
Foto: Humas Pemkab Pandeglang
Kunjungan Bupati Pandeglang Irna Narulita ke SDN Karyabuana 3 tempat mengajar sekaligus tempat tinggal guru Nining, Rabu (18/7).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Christia Ningsih*

Mungkin tak pernah terbayang di benak Nining Suryani dan suaminya, Ebi Suhaebi, bahwa di pertengahan tahun ini mereka akan mendapatkan rumah baru. Usai pemberitaan mengenai Nining viral di media, banyak pihak menggelontorkan bantuan untuk keluarganya.

Awal pekan ini Nining membuat masyarakat terhenyak. Sejak dua tahun terakhir, guru honorer di SDN Karyabuana 3 Kecamatan Cigeulis Kabupaten Pandeglang, Banten yang sudah mengabdi selama 15 tahun itu terpaksa tinggal di toilet sekolah.

Kondisi tersebut ia lakoni lantaran tak mampu membangun atau mengontrak rumah. Honor mengajar yang hanya Rp 350 ribu per bulan ditambah penghasilan dari berjualan jajanan di sekolah masih tak cukup menambal biaya untuk mengusahakan sebuah rumah tinggal. Apalagi sang suami hanya bekerja sebagai buruh serabutan dengan pendapatan tak menentu.

Memang Nining tak benar-benar tinggal di dalam toilet sekolah. Ia dan keluarganya tepatnya tinggal seatap dengan toilet sekolah dengan sekat seadanya. Kendati demikian kondisi tersebut tak mengurangi keprihatinan kita.

Maka bantuan pun mengalir deras untuk Nining sekeluarga. Kabar terakhir, Bupati Pandeglang Irna Narulita menjanjikan pembangunan rumah untuk keluarga Nining dalam waktu tujuh hari.

Namun sebelum itu Irna lebih dulu mengeluarkan respons khas pejabat Indonesia: reaktif. Irna marah karena menilai Camat setempat tak becus mengurus persoalan warganya. Irna juga protes karena media memberitakan Nining tinggal di toilet sekolah padahal sejatinya di sebelah toilet sekolah.

Lepas dari itu, kesejahteraan guru khususnya guru honorer adalah isu usang yang hingga kini masih saja membayangi dunia pendidikan Tanah Air. Sudah bukan rahasia lagi status guru honorer identik dengan gaji yang rendah.

Di luar sana sangat mungkin masih banyak Nining-Nining lain yang diberi tugas mencerdaskan anak bangsa namun harus hidup dengan mengencangkan ikat pinggang. Para guru honorer harus bertahan hidup dengan penghasilan ala kadarnya.

Saling lempar kesalahan tak akan memperbaiki masalah. Justru hal itu menjadi tontonan tak elok bagi masyarakat. Semoga ke depan kesejahteraan para guru honorer semakin mendapat perhatian baik oleh institusi pendidikan, pemerintah daerah, hingga pemerintah pusat.

Apalagi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi pernah berjanji akan mengangkat ratusan ribu guru honorer menjadi PNS atau PPPK secara bertahap. Dengan kesejahteraan yang meningkat semoga kualitas mengajar juga jadi semakin baik. Bukankah penentu maju mundurnya sebuah bangsa salah satunya ada di tangan guru?

*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement