REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Wayang Orang Sriwedari tepat berusia 109 tahun pada 20 Juli 2019. Dalam merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-109, kelompok kesenian tersebut bakal menggelar pementasan wayang orang dengan cerita Mahabharata Adirata yang bersumber dari kisah Mahabharata, di Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, pada Sabtu (20/7) pukul 18.30 WIB.
Koordinator Wayang Orang Sriwedari, Agus Prasetyo, mengatakan, lakon Mahabharata Adirata akan menampilkan rangkaian kisah Pandawa dari awal perjuangan sampai mereka memenangkan perang Baratayudha. Menurutnya, tahun ini bagi Wayang Orang Sriwedari sangat vital menghadirkan ulang tahun dalam sebuah perayaan akbar.
Sebab, beberapa waktu lalu Pemerintah Kota (Pemkot) berencana melakukan pembangunan GWO yang baru. Meskipun, sampai saat ini belum bisa terlaksana. Ia berharap, pementasan tersebut bisa menjadi penggugah semangat dan sebagai dukungan moral kepada Wali Kota yang berkomitmen tinggi terhadap eksistensi Wayang Orang Sriwedari.
"Pentas nanti melibatkan seniman-seniman dari luar Sriwedari, di antaranya dari Institut Seni Indonesia Solo, SMK Negeri 8, Wayang Orang RRI, Sanggar Swargaloka di Jakarta, beberapa seniman dari daerah seperti Sragen dan lainnya," ujar Agus, saat jumpa pers di Balai Kota Solo, Rabu (17/7).
Sutradara pementasan, Billy Aldi Kusuma, mengatakan lakon Mahabharata Adirata tidak merujuk pada episode tertentu. Sebab, Mahabharata sudah berbicara kisah Pandawa dan Kurawa. Sedangkan Adirata berasal dari bahasa Kawi artinya dharma yang baik.
Pementasan Mahabharata Adirata akan bercerita tentang perjalanan Pandawa ketika melakukan tindakan yang baik dalam kehidupannya. Pentas tersebut tidak mengekspos satu per satu tokoh yang gugur dalam Baratayudha tetapi menampilkam tokoh yang ada kaitannya dengan perjalanan Pandawa, misalnya Bhisma.
"Yang menjadi titik cerita bukan kemenangan Pandawa dalam menyelesaikan Baratayudha tapi Pandawa hidup dengan ikhlas menjalani hidup yang sangat pahit. Karena Pandawa dari kecil hidupnya pahit, makanya disini dititikberatkan filosofi keikhlasan hidup. Seseorang akan menuai hasil lebih dari yang diharapkan," ungkap Billy.
Ditambahkan, perang Baratayudha selesai bukan ukuran kemenangan bagi Pandawa. Tetapi justru titik sedih karena Pandawa kehilangan saudara-saudara dan para sesepuh.
Di sisi lain, dalam pementasan tersebut menampilkan tradisi yang bisa menjawab tantangan zaman. "Bagaimana pertunjukan wayang orang bisa dinikmati khalayak muda tapi tetap penuh dengan nilai-nilai. Karena wayang orang ini sebuah tontonan, ada tuntunan dan tatanan," imbuh Billy.
Sementara itu, Kasi Kesenian Dinas Kebudayaan Kota Solo, Esti Andini, menegaskan pementasan Wayang Orang Sriwedari merupakan program setiap tahun dan telah dianggarkan dalam anggaran Dinas Kebudayaan. Tahun ini, Dinas Kebudayaan hanya menyediakan dana Rp 50 juta untuk pementasan Mahabharata Adirata tersebut.
"Yang spesial untuk tahun ini yang bergerak anak-anak muda, mulai dari sutradara, produksi dan lainnya kami serahkan ke TKPK Wayang Orang Sriwedari," kata Esti.
Selain pementasan, perayaan HUT ke-109 Wayang Orang Sriwedari tersebut juga dimeriahkan dengan stan kuliner, bazar, spot berfoto, dan pameran foto. Gedung Wayang Orang Sriwedari memiliki kapasitas 700-800 penonton. Namun, panitia menyediakan fasilitasi di area luar berupa layar besar bagi penonton yang tidak mendapat tempat duduk di dalam gedung.