Rabu 17 Jul 2019 08:28 WIB

Korban Gempa Halmahera Selatan Takut Kembali ke Rumah

Bantuan dari Pemkab Halmahera Selatan belum sampai akibat sulitnya akses.

Bangunan rusak akibat gempa di Desa Tomara, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Senin (15/7/2019).
Foto: Antara/Ona
Bangunan rusak akibat gempa di Desa Tomara, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Senin (15/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Para pengungsi korban gempa di sejumlah wilayah di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara masih takut kembali ke rumah. Mereka khawatir akan terjadi tsunami menyusul masih adanya gempa susulan pascagempa utama berkekuatan magnitudo 7.2 SR, Ahad (14/7).

Kondisi ini seperti terjadi pada ara pengungsi di Desa Rangaranga, Kecamatan Gane Barat. Kepala Desa Rangaranga Derek Mathias saat dihubungi dari Ternate, Rabu (17/7), mengatakan warga di desa itu sebanyak 800 jiwa tetap bertahan di tempat pengungsian di daerah ketinggian karena alasan tersebut.

Baca Juga

Alasan lain warga masih takut kembali ke rumah karena rumah mereka mengalami rusak berat. Karena itu, mereka khawatir rumah akan roboh jika terus menerus digoyang gempa susulan. Bahkan, tidak sedikit rumah sudah ambruk rata dengan tanah.

Derek Mathias mengaku, untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi warganya di pengungsian, terpaksa menggunakan dana desa untuk membeli bahan makanan. Sebab, bantuan dari Pemkab Halmahera Selatan belum sampai akibat sulitnya akses transportasi.

Khusus untuk pengungsi di Kota Labuha, awalnya berjumlah 1.114 orang yang tersebar di sembilan titik sejak Selasa (16/7). Ada yang sudah pulang ke rumah, tetapi hanya pada siang hari dan pada malam harinya kembali ke tempat pengungsian.

Sekretaris Daerah Halmahera Selatan yang juga Ketua Tim Tanggap Darurat Helmy Surya Botutihe memaklumi alasan para pengungsi yang masih takut kembali ke rumah itu. Terutama, pengungsi yang rumahnya mengalami rusak berat.

Namun, para pengungsi diimbau untuk tidak perlu lagi takut. Apalagi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah menyampaikan bahwa gempa susulan yang masih terjadi pascagempa bumi utama 7,2 SR pada Ahad tidak menimbulkan tsunami.

Pemkab Halmahera Selatan, menurut Sekda sejak Senin (15/7) telah menyalurkan bantuan kepada para korban gempa di berbagai daerah terdampak gempa di Halmahera Selatan. Namun, kendala sulitnya akses ke lokasi bantuan itu belum semuanya sampai ke tujuan.

Sementara itu, data dari BPBD Malut menyebutkan jumlah pengungsi akibat gempa diberbagai wilayah di Halmahera Selatan tercatat 3.000 lebih. Jumlah ini diduga tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan karena data belum masuk ke BPBD.

Gempa di Halmahera Selatan sesuai data sementara mengakibatkan korban meninggal enam orang, luka berat dua orang luka ringan 49 orang, sedangkan rumah warga yang rusak sebanyak 971 unit, sebagian besar di antaranya rusak berat bahkan tidak sedikit rata degan tanah.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement